Ternyata Inilah Makna Dibalik Upacara Bhuta Yadnya Yang Jarang Diketahui

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Bhuta Yadnya" sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Kata Bhuta berasal dari suku kata“BHU” yang berarti menjadi, ada, gelap, berbentuk, mahluk. Kemudian kata “BHU” berkembang menjadi “BHUTA” yang artinya adalah telah dijadikan ataupun diwujudkan. Sedangkan untuk kata “KALA”, berarti energi, waktu. Sehingga kata BHUTA KALA artinya adalah energy yang timbul dan mengakibatkan kegelapan.


Bhuta Yadnya sebagai bagian dari Upacara Panca Yadnya disebutkan bahwa yadnya yang ditujukan kepada Bhuta Kala yang mengganggu ketentraman hidup manusia,

• Kekuatan-kekuatan yang bersifat negatif yang sering menimbulkan gangguan serta bencana, 

• Tetapi dengan Bhuta Yadnya ini maka kekuatan - kekuatan tersebut akan dapat menolong dan melindungi kehidupan manusia dan alam semesta ini.


Adapun Tujuan Upacara Bhuta Yadnya ini juga untuk memohon kehadapan Hyang Widhi (Tuhan Yang Maha Esa) agar beliau memberi kekuatan lahir bathin,

• Juga untuk menyucikan dan menetralisir kekuatan - kekuatan yang bersifat negatif yang disebut bhuta kala.

• Sehingga dapat berfungsi dan berguna bagi kehidupan manusia.


Butha Yadnya pada hakekatnya menjaga keharmonisan dan merawat lima unsur alam yang disebut “panca maha butha”. Kalau kelima unsur alam itu berfungsi secara alami, maka dari kelima unsur itulah lahir tumbuh - tumbuhan. Tumbuh-tumbuhan itulah sebagai bahan dasar makanan hewan dan manusia. 


Tingkatan Bhuta Yadnya

Mengutip Jurnal Upacara Bhuta Yadnya Sebagai Ajang Pelestarian Alam karya M. Yusuf dan Ali Mursyid Azisi (2020:123), Butha Yadnya terbagi menjadi tiga tingkatan, yaitu:


Tingkatan Kecil atau Segehan : 

Upacara tingkatan kecil ini dilakukan dengan menggunakan lauk-pauk sederhana seperti garam, jahe, hingga bawang merah. Jenis segehan biasanya disesuaikan dengan warna dan bentuk nasi yang digunakan. Misalnya, Segehan Cacahan, Segehan Sanga, Segehan Agung, dan sebagainya.


Tingkatan Sedang atau Madya : 

Bhuta Yadnya tingkatan Madya atau Caru biasanya menggunakan lauk pauk yang sama dengan segehan. Namun upacara ini menambahkan daging binatang yang disesuaikan dengan jenis serta tingkatan Caru.


Tingkatan Besar atau Utama : 

Bhuta Yadnya Utama disebut juga dengan Tawur. Contohnya adalah Tawur Kesanga dan Nyepi yang digelar setahun sekali, Panca Wali Krama yang dilakukan sepuluh tahun sekali, dan Eka Dasa Rudra yang jatuh setiap seratus tahun sekali.


Fungsi upacara Bhuta Yadnya adalah sebagai sarana untuk menetralisir (nyomya) semua kekuatan-kekuatan (bhuta) yang bersifat Asuri Sampad (sifat keburukan Bhutakala negatif) yang telah bersemayam ke dalam bhuwana agung (makrokosmos) dan Bhuwana alit (mikrokosmos), sehingga dapat mencapai bhuta hita (harmonis) agar keseimbangan, keselarasan dan keserasian antara bhuwana agung dan bhuwana alit dapat dipertahankan secara berkesinambungan.

semoga penjelasan alakadarnya dari pikiran saya bisa bermanfaat.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.blogspot.com/kumparan.com/sejarahharirayahindu.blogspot.com

Foto By : mahasiswahindudharma.wordpress.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala