Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Orang tua memiliki kewajiban yang berat namun sangat mulia dalam membesarkan anak-anaknya. Karena itulah anak yang bermoral pasti tidak akan pernah melupakan jasa-jasa orang tuanya. Disamping Nitisastra yang menguraikan lima kewajiban orang tua ,dalam kitab Sarasamuscayapun diuraikan hal yang sama. Dalam Slokanya yang ke 242 diuraikan adanya tiga jenis kewajiban orang tua yang disebut " Bapa. ". Dalam Sarasamuscaya disebutkan "telu pratekaning bapa" .Artinya tiga halnya orang yang disebut bapa yaitu:

Pertama Sarirakrta artinya yang menjadikan mulanya badan ini.Sarira dalam kitab Brahma Purana 228.45 disebutkan sebagai alat (sadana) untuk mewujudkan empat tujuan hidup mencapai Dharma,Artha,Kama dan Moksha. Karena ia sebagai alat tentunya Sarira atau badan ini dibangun dengan sebaik-baiknya agar alat itu dapat berfungsi. Sarira itu menurut Wrhaspati Tattwa ada tiga lapis yaitu Stula,Suksma dan Anta Karana Sarira. Stula itu adalah badan wadah,Suksma Sarira itu adalah badan halus atau badan astral dan Anta Karana sarira itu adalah badan penyebab.

Kedua Pranadata didalam Sarasamuscaya disebutkan "Pranadata ngaraning mapunya urip ". Artinya memberikan dengan ikhlas hidup atau jiwa.. Ini artinya hidup sianak itu berasal dari orang tuanya.Karena itu anak itu disebutkan pecahan jiwa orang tuanya.Karena jiwa orang tuanyalah yang menurun menjadi jiwa anaknya. Karena itu keberadaan sianak umumnya mirip dengan keberadaan orang tuanya.Hal itu memang sudah sepatutnya demikian. Dalam pengertian ini Pranadata maksudnya orang tua itu memberikan jiwa atau semangat hidup kepada anaknya.

Katiga Annadata artinya memberikan anak itu makan dan megasuhnya dengan sebaik-baiknya. Hal ini dimaksudkan suatu upaya orang tua dari memberikan anak itu makan sampai anak itu dibina untuk mampu mendiri Yang dimaksudkan mandiri disini adalah mampu menghidupi dirinya sendiri terutama dalam bidang ekonomi. Sungguh tidak mudah menjadi orang tua untuk mendidik dan mengajar anak agar ia mampu sampai mandiri secara ekonomi. Lebih-lebih kebutuhan ekonomi manusia modern dewasa ini jauh lebih komplek kalau dibandingkan dengan manusia pada jaman tradisional dahulu.

Pemahaman tentang kewajiban seseorang selaku orang tua (bapak-ibu perlu ditanam tumbuhkan untuk kemudian dilaksanakan sebagaimana patutnya. Adapun perihal kewajiban orangtua menurut Hindu antara lain diungkap dalam Nitisastra VIII.3 yang disebut Panca Vida yaiutu:


1. “Sang Ametwaken”, artinya melahirkan anak sesuai kodrat untuk meneruskan generasi umat manusia.

2. “ Sang Nitya Maweh Bhinojana”, maksudnya setelah anak-anak di lahirkan orang tua wajib memeliharanya dengan memberikan makan dan minum, tentunya sesuai dengan kebutuhan gizi anak

3. “Sang Mangu Padyaya”, artinya setelah anak diberikan cukup makan dan minum yang hakikatnya menumbuhkembangkan fisiknya, maka kemampuan akal, nalar atau otaknya perlu ditumbuh-cerdaskan yaitu dengan memberikan kesempatan untuk mengenyam pendidikan sampai batas kemampuan orangtua menyekolahkannya.

4. “Sang anyangaskara”, merupakan kewajiban yang berhubungan dengan pemenuhan nonfisik anak yaitu pembinaan mental-spritualnya dengan cara mengkodisikan anak untuk selalu berada dalam nuansa hidup yang religius. 

5. "Sang Matulung Urip Rikalaning Baya”, artinya sebagai orang tua harus siap memberikan jaminan keamanan kepada sang anak sehingga si anak selalu merasa tentram, tenang dan damai yang merupakan modal bagi pengembangan jiwa dan mental anak yang positif dan konstruktif.

Dengan demikian seorang anak mempunyai kewajiban untuk menuntut ilmu baik formal maupun non formal sebaik-baiknya dan seluas-luasnya untuk bekal membalas budi dari orang tua.


Dalam Sarasamuccaya 239, disebutkan:

"Tapascaucavata nityam dharmasatyaratena ca, matapitroraharah pujanam karyamanjasa"

Artinya: Orang yang menghormati ibu bapaknya setiap harinya, namanya teguh melakukan tapa dan senantiasa menyucikan dirinya, tetap teguh berpegang kepada dharma.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/bukuspiritual.com/suryadistira.blogspot.com

Foto by : Popmama.com

#pesona_taksubali


Comments

  1. terimakasih, ini sangat bermanfaat sebagai refrensi dalam menjalani kehidupan, dan memberikan proses pengajaran dalam lingkup keluarga.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala