Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas mengenai "Menginjak canang bisa celaka ?" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Masyarakat Bali yang mayoritas beragama Hindu memulai hari dengan doa yang diiringi sesajen bunga untuk dipersembahkan kepada Dewa-Dewi Bali. Sesajen memiliki nilai yang sakral bagi warga Bali. Orang Bali percaya dengan mempersembahkan sesajen, mereka akan mendapatkan keberuntungan, sekaligus menolak kesialan. Selain untuk mendapatkan keberuntungan, pemberian sesajen juga merupakan cara warga Bali untuk bersyukur kepada para Dewa yang telah memberikan kesejahteraan bagi kehidupan mereka.
Secara makna, Canang sari berasal dari kata "can" artinya Indah, sedangkan "Nang" berarti maksud atau tujuan dan "sari" berarti inti/ sumber. Jadi, bisa disimpulkan bahwa makna canang/sesajen bagi masyarakat Hindu Bali adalah sarana untuk memohon kekuatan berupa pengetahuan dan kebenaran kehadapan Sang Hyang Widhi Wasa (sebutan untuk tuhan yang maha esa bagi Agama Hindu) perwujudannya secara nyata dan tidak nyata.
Jadi, bahasa sederhananya adalah bentuk permohonan kekuatan berupa pengetahuan dan kebenaran terhadap Tuhan. Kurang lebih seperti itu.
Tradisi ini sudah dilakukan sejak lama, bisa dikatakan sudah berasal dari nenek moyang kita yang memiliki pemikiran religius. Ada simbol atau siloka di dalam pemberian sesajen, yaitu sesajen sederhana dipersembahkan setiap hari. Sedangkan, sesajen istimewa dipersiapkan untuk acara-acara keagamaan tertentu. Di pura-pura, sesajen untuk Dewa dan roh para leluhur diletakkan di altar yang tinggi, sedangkan sesajen untuk roh-roh jahat diletakkan di bagian dasar.
"Kalau bisa jangan dilangkahi, jangan diinjak juga, kalau dilakukan dengan sengaja jangan," jelas Nyoman Suani, perempuan asli Bali yang pekerjaan sehari-harinya sebagai Serati Banten saat ditemui di stan mengulat janur di acara Pekan Kebudayaan Nasional di Istora, Senayan, Jakarta. Ia menghimbau agar wisatawan sebaiknya berhati-hati.
Jangan sampai menginjak, menendang, dan melangkahi sajen, terutama dengan niatan sengaja.
"Ada yang, menginjak bahkan menendang itu ada yang kesurupan, ada yang sampai sudah pulang ke tempat asalnya lalu kembali ke Bali untuk memohon ampun dengan roh halus di Bali. Memang seperti itu, bukan mitos," paparnya.
Bentuk sesajen yang seringkali kita temui di Bali adalah bunga. Bunga bermakna filosofis, agar kita dan keluarga senantiasa mendapatkan “keharuman” dari para leluhur. Keharuman merupakan kiasan dari berkah yang berlimpah dari para leluhur dan dapat mengalir kepada keturunan.
Walaupun kita sudah tau apa akibat dari menginjak canang/sesajen tersebut, tapi kita harus tetap percaya dan bertingkah laku sopan demi keamanan dan kenyamanan kita selaku masyarakat Bali yang sangat kental dengan adat dan tradisi.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/Id.quora.com/pegipegi.com/tribunbali.com
Foto by : pegipegi.com
Tlg dibantu juga dg wujud bentuk utk tiap prlinggih, krn di Jawa ada kelompok2 muda yg sudah bisa buat pelinggih, tapi semua bentuknya sama. Padahal menurut undagi Bali wujud pelinggih ber-beda2. Terimakasih.
ReplyDeleteKlo ada bukunya tlg beri judulnya dan dimana bisa diperoleh utk dibeli?
ReplyDelete