Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Asu Bang Bungkem" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Secara ilmiah, disebutkan bahwa anjing Bali sudah ada sejak 12,000 tahun lamanya. Mereka disebut proto dogs atau anjing pertama, yang terbentuk dari evolusi serigala saat zaman purba. Mereka benar-benar merepresentasikan sahabat terbaik manusia dan dikatakan menjadi seekor anjing yang berjasa.


Dimana pada zaman dahulu diceritakan Sang Bhuta Asu merupakan panjak dari Ratu Gede Mas Mecaling sebagai salah satu kesaktian Kanda Sanga beliau.

Dan berkaitan dengan upacara Bhuta Yadnya, seekor anjing dengan warna yang berbeda-beda disebutkan sebagai berikut :


• Asu bang bungkem dalam Lontar Sudamala & Lontar Kala Tattwa disebutkan untuk Bhuta Hulu Kuda.

•Belang bungkem, putih, selem dll.


Dalam kehidupan agraris masyarakat Bali dari sejak zaman dahulu juga diceritakan selain hidup bercocok tanam atau bertani, rakyat juga memelihara anjing untuk pengawasan ladang & binatang ternak mereka dimana dalam mitos dan sejarah yang sangat tua, anjing Bali disebutkan juga bahwa :


Anjing Bali bukanlah anjing tanpa asal-usul, melainkan ditengarai sebagai proto-canine, anjing murni, yang berevolusi dari hewan-serupa-serigala (yang juga disamakan dengan Dingo Australia-padahal umur anjing Bali ini lebih tua dari Dingo) untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia. 


Mereka tidak lagi seperti masa berburu, namun sekarang mereka hanya dapat bertahan hidup sebagai hewan peliharaan dengan makan dari sisa-sisa perburuan dan makanan manusia.

Meski kepada anjing sekalipun, sedekah yang diberikan kepadanya itu, tidaklah sia-sia adanya dan niscaya berpahalalah pemberian sedekah itu.

Karena loyalitas dan ketulusannya akan menjadi dorongan untuk melakukan semua yang mereka bisa untuk membantu orang-orang yang penting bagi mereka.[menurut Shionya]


Menurut dosen upakara STAHN Mpu Kuturan Singaraja, Dra. Wayan Murniti, M.Ag, salah satu binatang yang mutlak ada sebagai sarana upakara dalam Caru Panca Sanak dan Panca Kelud, yakni Asu Bang Bungkem.


Asu Bang Bungkem terdiri dari kata Asu, Bang, dan Bungkem. Asu berarti anjing, sedangkan Bang berarti merah, dan Bungkem berarti diam. Jadi, Asu Bang Bungkem berarti Anjing yang berwarna merah pada badannya, namun moncong mulut dan ekornya berwarna hitam.


Khusus untuk caru Anjing Bang Bungkem ini merupakan simbol dari Bhuta Kala yang di bawah kekuasaan Dewa Rudra. Bahkan, dalam Lontar Bhama Kertih penggunaan Asu Bang Bungkem sebagai sarana utama dalam caru Panca Sanak maupun Caru Rsi Gana yang dimaksudkan untuk manyomya (menyeimbangkan) Bhuta Ulu Kuda yang tempatnya dalam pangider-ider di neriti atau barat daya agar kembali menjadi Sang Hyang Rudra.


Merujuk dalam tattwa, warna hitam pada mulut anjing Bang Bungkem sebagai simbol kekuatan Dewa Wisnu. Warna merah pada bagian badannya sebagai simbol Dewa Brahma. Selain dalam kisah Mahabarata, khususnya bagian Suarga Rohana Parwa, Dharma Wangsa diikuti oleh seekor anjing dikisahkan dapat menempuh perjalanan menuju alam Sunya (moksa).


Jika penggunaan Asu Bang Bungkem sebagai sarana untuk menetralisasi, energi dari negatif menjadi positif, sehingga menjadi seimbang. Hal ini tidak hanya dipergunakan untuk di pekarangan rumah saja, melainkan di sebuah daerah, bila mengalami musibah, karang panes, karang tenget, pamali agung, terserang hama untuk lahan pertanian. 


Di sisi lain, penggunaan Asu Bang Bungkem merupakan tetadahan (makanan) Bhuta Ulu Kuda. Dalam upacara pacaruan, yang dipentingkan dari caru Asu Bang Bungkem adalah kepala yang masih melekat dengan kulitnya (belulang). Sedangkan dagingnya diolah menjadi urab barak, urab putih, sate calon sebanyak 33, dirangkai menjadi tiga tanding, berdasarkan Lontar Bhuta Yadnya.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/baliexpress.com/sejarahharirayahindu.blogspot.com

Foto By : Rangkuman Google

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala