“Perang Jempana” atau “Battle of Palanquins” Cara Bahagia Meluapkan Rasa Terima Kasih

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "perang jempana" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Ketika banyak orang tenggelam dalam pusaran arus modernisasi, salah satu desa yang terdapat di Klungkung masih tetap melestarikan sebuah tradisi unik sampai saat ini. Tradisi ini dilaksanakan oleh warga Banjar Panti Timrah Desa Paksebali, Klungkung.

Paksebali merupakan sebuah desa yang terletak di sebelah timur Tukad Unda atau sekitar 2 kilometer dari Kota Semarapura. Bagi warga di sana, tradisi ini disebut Dewa Masraman. Bagi wisatawan domestik tradisi ini dinamai Perang Jempana, dan bagi wisatawan Mancanegara tradisi ini disebut Battle of Palanquins. Lain pohon lain buahnya, setiap orang bebas memilih dari tiga nama tersebut, disesuaikan dengan susah atau gampang pengucapannya.

Pelaksanaan tradisi perang jempana merupakan upaya masyarakat Banjar Panti Timrah dalam menjaga budaya leluhur. Apalagi, tradisi ini menjadi kegiatan yang telah dilaksanakan sejak zaman dulu. Masyarakat Banjar Panti Timrah biasanya mengadakan acara ini setiap 210 hari sekali, bertepatan dengan hari Saniscara Kliwon Kuningan atau Hari Raya Kuningan.

Tradisi ini bermula dari adanya sekitar 18 kepala keluarga yang berasal dari Desa Adat Timbrah di Karangasem. Saat itu, mereka melakukan perjalanan menuju ke daerah perbatasan antara Karangasem dengan Klungkung. Raja Klungkung kemudian menerima kedatangan rombongan tersebut dan memperbolehkan mereka tinggal di Desa Paksebali. Selanjutnya, rombongan itu menetap secara permanen dan bahkan mendirikan Banjar Panti Timbrah di Desa Paksebali.

Sebagai asal dari Tradisi Dewa Masraman, maka Karangasem juga memiliki tradisi yang sama, ritual tersebut digelar di simpang empat desa di Bugbug dan di sini dikenal dengan tradisi Mebiasa dan kemudian dikenal dengan Perang Jempana. Dilihat dari filosofi kata Mesraman berasal dari “mesra” yang berarti bersenang-senang secara lahir batin, itu juga terlihat dari para pengayah yang menampilkan kegembiraan mereka pada saat menjalankan Tradisi Dewa Mesraman (Masraman). walaupun tidak terikat oleh aturan, para pengayah atau peserta dari Tradisi Dewa Mesraman ini tidak pernah terjadi pengurangan bahkan mereka menjalankannya dengan ikhlas.

Saat semua prasarana banten sudah siap, masyarakat akan kumpul di Pura Panti Timrah untuk membuat lawar. Lawar diperlukan sebanyak 5 jenis lawar yang akan dibuat yang mana terdiri dari : lawar belimbing, lawar nangka, lawar kacang dan lawar gedang (pepaya). Pembuatan lawar ini memiliki simbol sebagai bentuk pemersatu segala perbedaan yang ada di Desa tersebut. Sekitar pukul 03.00 sore pembuatan lawar pun selesai, maka dilanjutkan dengan nunas paica (berkah) yang berisi lawar, nasi dan sate dengan beralaskan klangsah terbungkus daun pisang. Nunas paica ini melibatkan anak-anak yang belum beranjak dewasa.

Makna dari nunas paica yaitu sebagai bentuk pemberian bekel kepada anak-anak agar nantinya memiliki dasar ajaran dalam beranjak dewasa dan dapat membantu mereka dalam pembentukan karakter. Setelah kegiatan nunas paica dilanjutkan dengan megibung (makan bersama) dengan menu nasi putih, lawar, garam dan beralaskan klakat. Kegiatan ini melibatkan orang dewasa. Makna dari prosesi megibung yaitu untuk mempersatukan semua perbedaan sifat dan perilaku yang dimiliki penduduk Desa Paksebali.

Hanya ada beberapa orang yang diperbolehkan untuk tidak berpartisipasi dalam tradisi perang jempana. Mereka adalah orang yang tidak kotor, seperti ketika ada keluarga yang baru meninggal dunia atau melahirkan. Selain itu, para pria yang berpartisipasi, diharuskan untuk bertelanjang dada.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/tatkala.co/kintamani.id/balitoursclub.net

Foto by : paket tour.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala