Mari Kita Merenung Sejenak Tentang Arti Dari Manusia Yang Mahardika Atau Merdeka Sebelum Merayakan Hari Raya Suci
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali
Sejenak, mari heningkan cipta bernostalgia, bercengkrama dan menunggal dengan karya sastra gita kakawin masa lampau. Dalam laku menemukan dan menghayati hakekat mahardika yang konon disamakan dengan kata merdeka. Menyebut kata merdeka atau mahardika, tentu sebagai manusia sadar yang hidup pada negara berdaulat, sebagai bangsa Indonesia, imajinasi terngiang bulan Agustus, bulan penuh suka cita memperingati hari kemerdekaan RI.
Untuk lebih memahami dan mendarah dagingkan makna-makna mahardika, alangkah baiknya sembari meneladani kisah-kisah kepahlawanan para pendahulu dan menelisik kembali apa sejatinya makna merdeka dan mahardika di dalam ajaran Hindu, utamanya yang tertuang dalam naskah-naskah kakawin. Kakawin merupakan karya sastra adiluhung yang menjadi salah satu kekayaan budaya bangsa Indonesia.
Sepenggal Kakawin Ramayana misalnya, sebuah kakawin yang mengisahkan kehidupan Rama sebagai Awatara Dewa Wisnu menyelamatkan dunia dari angkara murka raja raksasa Rawana, dengan jelas penulisnya menyuratkan kata mahardika, seperti: Hana rajya tulya kendran, kakwehan sang maharddika susila, ringayodhya subhageng rat, yeka kadhatwannirang nrepati. Kakawin Ramayana I.11 (ada istana seperti surga, kebanyakan orang Mahardika dan berbudi luhur, di Ayodya sungguh terkenal di dunia, itu istana raja).
Mahardika ala Kakawin Ramayana dapat diartikan makmur, sempurna, berkualitas istimewa, luar biasa, unggul, berbudi luhur, bijaksana. Semuanya itu adalah merupakan sifat-sifat manusia utama. Manusia seperti inila yang dapat mewujudkan kemahardikaan atau kesempurnaan, keunggulan, kebijaksanaan, dan kesucian di muka bumi. Ia adalah manusia yang telah melampaui kerasnya perjuangan. Manusia yang dapat menimbang-nimbang dualism dalam diri maupun menghadapi masalah kehidupan. Manusia yang telah mengenal jati diri dan memerdekakan diri dari belenggu musuh-musuh dalam diri.
Tidak hanya tersurat dan tersirat seperti dalam Kakawin Ramayana di atas, di dalam naskah-naskah kakawin yang lain banyak pula tersirat unsur-unsur mahardika. Karya-karya yang menjadi inspirasi kemerdekaan penghayatnya. Kakawin banyak memuat cerita-cerita refleksi diri. Inilah dijadikan media memupuk kesadaran jiwa untuk merdeka manunggal dengan sumber dari segala jiwa.
Kakawin Bharatayudha misalnya, mengisahkan perseteruan Pandawa dan Korawa, para Pandawa dengan segala cobaan dan rintangan berhasil memperoleh kemerdekaanm tidak hanya kemerdekaan atas hak-haknya akan Astina Pura, namun dengan dharma mereka memerdekakan jiwa menyatu dengan asalnya, seperti ketika Bima bertemu Dewa Ruci, ketika Dharmawangsa menggapai surga.
Kakawin mengajarkan cara bagaimana manusia mampu merdeka, utamanya merdeka dari belenggu yang menjajah dalam diri. Jikalau manusia bebas dari musuh-musuh dalam diri, alangkah damainya alam ini. Semua akan merdeka, peperangan terhentikan. Jika demikian, apakah saat ini kita sungguh-sungguh mahardika? Mari renungkan dalam diri mengingat kisah yang ada di dalam kakawin merupakan salah satu refleksi bagi umat Hindu untuk menjalani kehidupan utamanya sebagai masyarakat berbangsa dan bernegara.
Kakawin juga dapat mengantarkan manusia untuk mengetahui bagaimana kehidupan dan pemikiran-pemikiran maju pada jaman itu masih relefan diterapkan hingga kini. Karya-karya unggul seperti ini membuktikan bahwa kakawin merdeka mengarungi samudera waktu. Bebas mengikuti alunan waktu yang berbeda dan bertahan hinggi kini. Terbukti makna-maknanya masih digali, dikaji, didiskusikan, direnungkan dan diimplementasikan dalam kehidupan kini.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id
Foto By : @deuhrendra (ilustrasi)
Comments
Post a Comment