Tidak Ada Upaya Apa Pun Di Bumi Ini Untuk Mengubah Orang Jahat Menjadi Orang Baik Mulia

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


durjanam sajjanam

kartum upayo na hi bhutale

apanam satadha dhautam

na sresthamindriyam bhavet

(Canakya Niti Sastra 10.10)


“Tidak ada upaya apa pun di atas muka bumi ini untuk mengubah orang jahat menjadi orang baik mulia,

sebagaimana anus walaupun dengan berbagai cara dan ribuan kali dipuci, tetap saja ia tidak bisa menjadi mulut"


”ADA kata durjana, dan ada kata sujana atau sajjana. Kata jana berarti orang. Durjana berarti orang jahat, sujana berarti orang baik, sajjana berarti orang yang selalu berada dalam jalan kebenaran.


Dikatakan, mengubah orang jahat menjadi orang baik-baik bukan susah melainkan tidak mungkin. Sifat dan kelakuan jahat sudah menjadi darah dan daging bagi orang jahat. Kejahatan sudah menjadi dan memberikan “kepuasan” tersendiri baginya. Bahkan ia tidak akan bisa hidup tanpa “kepuasannya” tersebut, yaitu tanpa berbuat jahat mereka merasa hari-harinya menjadi aneh dan “tanpa rasa”. Hari-harinya seperti sudah menjadi keharusan untuk diisi dan dihias dengan kejahatan atau perbuatan-perbuatan tidak baik. Sebagaimana orang tidak bisa hidup tanpa nafas, seperti itulah sang durjana tidak akan bisa hidup tanpa melakukan keburukan dan kejahatan. Itulah durjana yang dimaksudkan di sini, dan bukan orang yang “mengalami kecelakaan” berbuat tidak baik atau jahat.


Orang yang karena sangat terdesak oleh situasi dan kondisi hidup, berada dalam pilihan antara hidup dan mati, maka dari pada anak istrinya mati, barangkali kesempatan melintas di hadapannya, maka ia “keseleo” berbuat jahat. Kejahatan karena “kecelakaan” seperti itu tidak dimasukkan ke dalam katagori durjana karena bukan sifat aslinya jahat melainkan keadaan dan “kesempatan” yang “memaksa” ia untuk berbuat jahat. Mereka bukanlah para durjana luar-dalam, depan-belakang, atas-bawah dipenuhi oleh keburukan dan kejahatan.


Durjana yang darah dan dagingnya dipenuhi oleh kejahatan, berbuat baik hanyalah “kemasan” luar demi penyempurnaan kejahatannya. Mereka tidak memperlihatkan kejahatan melainkan manyajikan kejahatan. Mereka memerlukan kemasan serapi mungkin sehingga kejahatan “berubah” di mata orang menjadi kemuliaan, sebagaimana perusahaan “batu berlian” mengolah bahan kaca menjadi kelihatan seperti berlian asli.


Durjana seperti itulah yang dimaksudkan oleh Canakya Pandit sebagai orang yang tidak mungkin berubah dan tidak mungkin dapat diubah, oleh siapa pun dan dengan cara apa pun. Dikatakan, Dewa Brahma sekali pun datang ke dunia, tidak mungkin berhasil mengubah durjana menjadi sujana. Jika Dewa Brahma pun tidak mungkin berhasil melakukan “pekerjaan mulia” tersebut, lalu bagaimanakah dengan kita orang-orang biasa yang mempunyai kecendrungan berbuat salah, akan mampu mengubah durjana menjadi sujana? Itu adalah pekerjaan yang impossible alias tidak mungkin. Terhadap durjana orang hendaknya berhati-hati memberi dan menerima pergaulan. Kitab suci mengajarkan agar orang menyelamatkan diri dengan “tyaja durjana sanggatim", jauhkanlah diri dari pergaulan dengan orang-orang jahat durjana.


Meninggalkan pergaulan dengan orang-orang jahat tidak dilakukan dalam kebencian melainkan dalam kasih. Siapa pun di atas muka bumi ini tidak boleh membenci siapa pun. Hak orang hanyalah mengasihi dan bukan membenci. Menjauhkan diri,dari pergaulan dengan orang jahat hanyalah cara menyelamatkan diri demi tidak terbawa arus ikut menjadi jahat. Sebab, pergaulan sangat kuat menarik orang ke arah lingkungan pergaulan, perlahan-lahan orang akan menyenangi dan akhirnya menjadi lingkungan itu sendiri.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id

Foto By : @kakang_photoworks (ilustrasi)

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?