Jadilah Manusia Yang Seperti Kupu-Kupu Selalu Sabar Dalam Setiap Proses Kehidupan

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Realitas bukanlah sesuatu yang dapat diketahui oleh akal-budi, karena akal-budi adalah hasil dari yang dikenal, dari masa lampau;

karenanya akal-budi itu haruslah memahami dirinya dan fungsinya, kebenarannya; dan baru sesudah itulah mungkin bagi yang tak dikenal itu mewujud

~ Jiddhu Krishnamurti


Kesadaran-ragawi dan Pola-pandang Kasat-indria


Kesadaran-ragawi merupakan bentuk kesadaran mendasar saat kita terjaga. Ia merupakan salah-satu basis dari keterjagaan kita. Dalam keadaan jaga, kita mengadakan interaksi dengan dunia luar menggunakan kesepuluh indria berinteraksi secara pasif menggunakan kelima indria-sensorik (panca-jnanendriya), dan secara aktif menggunakan kelima indria-motorik (panca-karmendriya). Oleh karenanya, dalam kondisi jaga, kerja dari kesepuluh indria (dasendriya) menjadi penting sekali arti dan perannya.


Saking begitu besarnya peran kesepuluh indria ini, tak sedikit dari kita menyangka bahwa hanya merekalah yang bekerja dalam kondisi jaga. Akibatnya, penekanan pada kerja indriawi dan penghargaan terhadap apa-apa yang bisa dihasilkanya menjadi begitu berlebih-lebihan. Banyak diantara kita yang menjadi beranggapan keliru bahwa, 'bukan kerja indriawi, bukanlah kerja'. Pada kebanyakan dari kita, kekeliruan ini bahkan telah berimplikasi lebih jauh lagi dengan melahirkan anggapan keliru lain bahwa, 'sesuatu hanya bisa dianggap nyata dan benar kalau ia bisa dibuktikan melalui persepsi indriawi'. Padahal sebetulnya tidak demikian. Nah.... menganut dengan ketat anggapan seperti inilah yang kita sebut dengan berpola-pandang kasat-indria.


Dalam praktek kehidupan sehari-hari, dimana mau-tak-mau kita harus berlandaskan kesadaran-ragawi, maka terjebak di dalam pola ini nyaris tak terhindari. Dan sekali kita terjebak di dalamnya, seluruh kehidupan ini akan terpolakan olehnya; kita dibuatnya menjadi para penganut pola-pandang kasat-indria, pola-pandang sakala. Kalau sudah begini kejadiannya, maka akan amat sulit bagi kita untuk keluar darinya. Dibutuhkan suatu perombakan besar yang boleh jadi terasa sangat menyakitkan dan tidak mengenakkan sehingga tak tertahankan untuk bisa keluar dari cengkramannya.


Sejak ribuan tahun silam, umat manusia telah menemukan apa yang kita kenal sebagai laku tapa-brata guna melemahkan dominasi bentuk kesadaran-ragawi dan pola-pandang kasat-indria ini. Laku baku tapa-brata memungkinkan manusia terlepas dari kungkungannya, untuk beranjak lebih jauh lagi. Tapa-brata mengentaskannya. Di dalam tatanan kultural-religius Hindu di Bali, mereka yang telah terlepas dari kungkungannya sehingga 'lahir untuk pertamakalinya' di alam kesadaran yang tak lagi didominasi oleh pola-pandang itu, di alam kesadaran niskala, disebut para ekajati. Secara umum, mereka dikenal melalui sebutan para pemangku atau pinandita. Para ekajati ini boleh jadi masih hidup berumah-tangga, mencari nafkah untuk keluarga dan dirinya sendiri, mempekerjakan kesepuluh indrianya dan tampak hidup seperti sebelumnya, namun mereka sudah tidak lagi terkungkung di dalam pola-pandang kasat-indria dan kesadaran-ragawi.


Ibarat telur kupu-kupu, pengeraman (tapa-brata) telah menetaskannya, telah mengeluarkannya dari kungkungan cangkang kesadaran-ragawi dan pola-pandang kasat-indrianya itu, telah membangunkannya (mewinten) dari tidur dan mimpi-mimpi panjangnya di dalam telur kehidupan duniawi. Ulat yang baik, tidak akan berhenti hanya sebatas menjadi ulat saja. Cepat atau lambat ulat (ekajati) ini akan mencari dan menemukan saat dan tempat yang tepat (guru, nabe) untuk ngepompong (yoga-samadhi) sekian lama, sebelum ia 'terlahir lagi untuk keduakalinya' menjadi kupu-kupu yang indah (dwijati), yang tidak lagi makan dedaunan atau buah-buahan, melainkan hanya mengisap sari-sari bunga dan nektar.


Semoga Cahaya Agung-Nya senantiasa meneragi setiap gerak dan langkah kita. Semoga kedamaian dan kebahagiaan menghuni kalbu semua insani.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.


Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id

Foto By : @kakang_photoworks (ilustrasi)

#pesona_taksubali


Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?