Inilah Sejarah Berdirinya Pura Gili Menjangan Yang Jarang Diketahui Masyarakat
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Pura Giri Menjangan" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Pura Gili Menjangan memiliki sejarah yang unik, seperti diceritakan oleh Ida Prabhu selaku Penglingsir (sesepuh) dan Pengempon (penanggung jawab) seluruh pembangunan maupun upacara. Penjelasan mengenai sejarah pembangunan pura ini juga diperkuat dari keterangan atau penuturan Jro Mangku Wawe, Jro Mangku Mudara, dan Jro Mangku Widi yang sempat di wawancarai saat penelitian ini dilaksanakan.
Diceritakan kisah awal mulai dibangunnya Pura ini pada tahun 1999, yang dasarnya adalah murni pemuwus / wahyu (istilah jawa: wangsit) dari Ida Bhatara dalem Lingsir Gajah Mada yang sudah meraga (menjadi) suci, beliau diutus untuk turun ke Bali oleh Dewa Siwa dengan suatu tugas untuk menyelamatkan umat Hindu di Bali pada khususnya dan Nusantara pada umumnya. Sebelumnya tempat ini adalah tempat atau genah Sang Hyang Suung atau Sang Hyang Embang yang memberikan ijin kepada Dewa Siwa untuk menempati tanah suci Pulau Menjangan, kemudian Dewa Siwa mengutus Ida Bhatara dalem Lingsir Gajah Mada untuk turun ke Bali dan menempati Pulau Menjangan ini untuk suatu tugas suci dan mulia menyelamatkan umat Hindu. Jadi dasar didirikannya Pura ini murni karena wahyu.
Berdasarkan wahyu atau wangsit itu, Ida Prabu ditunjuk oleh Beliau untuk suatu tugas besar dan sanggup mengikuti kehendak dari Beliau untuk membuatkan Pura Sthana atau Prahyangan Suci untuk tempat para Dewa di pulau Menjangan. Jadi yang memahbah (mengawali) dan mengatur serta posisi tata letak Pura ini semuanya adalah Beliau Dalem Gajah Mada, sehingga Ida Prabu hanya mengikuti perintah Beliau dan merintis secara sekala (berwujud), dan secara niskala (tidak terlihat). Berdasarkan wangsit atau wahyu itulah Ida Prabu merintis membuatkan tempat atau sthana Beliau satu per satu, yang diawali berupa “Turus Lumbung“ yaitu Pelinggih sementara yang terbuat dari Kayu Dapdap, dan dengan seiringnya waktu satu per satu pura berhasil dibangun dalam bentuk yang permanen.
Setelah Beliau Hyang Pasupati turun dan diringi oleh Patih Gajah mada, kemudian satu persatu para Dewa-Dewi diturunkan di Tanah suci Pulau Menjangan ini. Maka dari itu sampai saat ini ada 9 tempat persembahyangan para Dewa-Dewi dan satu tempat yang baru selesai dibangun sebagai Sthana Sang Hyang Embang atau sang Hyang Suwung yaitu berupa Tugu “Lingga-Yoni“ yang bernama “Linggham Bhuwana Segara Bhumi “ sebagai simbol penciptaan dunia dengan segala isinya dimana dahulunya pulau Menjangan ini hanyalah hamparan hutan belantara tak berpenghuni. Para Dewa-Dewi yang bersthana di masing masing Pura ini memberikan Panugrahan (Rahmat) yang berbeda-beda sesuai dengan tugas Beliau turun ke bumi.
Kawasan tanah suci ini dibuka untuk umum asal untuk tujuan sembahyang, meditasi atau Yoga, karena tugas para Dewa-Dewi adalah untuk menyelamatkan umat manusia, bahkan menurut penuturan Ida Prabhu ada orang asing untuk meditasi dan yoga, ada orang yang ingin mencari ketenangan bahkan sampai bermingu minggu. Kita berharap apa yang menjadi tujuan mereka akan terkabulkan oleh beliau. Keadaan seperti sekarang ini adalah wujud anugrah beliau , banyak Hikmah positif yang didapat di tempat ini yang sudah terbukti ; seperti dari yang tidak ada menjadi ada, dari hutan belantara menjadi tempat suci, Dari yang tidak mungkin menjadi mungkin, jadi ini tempatnya di tengah lautan, banyak orang masih menyangsikan dan tidak mungkin bisa diwujudkan tempat suci disini.
Akhirnya terbukti sekarang ini ,kemudian dari yang tidak baik menjadi baik, disini tempat ini akan bisa merubah pola pikir umat manusia, dari memiliki fikiran yang kurang baik , akhirnya masuk kesini, akhirnya disini mendapatkan suatu kedamaian, itu berarti ada perubahan dari yang tidak baik menjadi baik.; kemudian sekarang ada yang susah, katakanlah sakit Stress, mereka masuk kesini menjadi tenang, damai, bahkan ada yang minta ijin sampai beberapa minggu, ada yang satu bulan, disinilah mereka mendapatkan suatu ketenangan, juga banyak yang saya bantu orang orang yang sakit fikiran, banyak saya ajak berdoa setiap hari, akhirnya bisa mendapatkan ketenangan dan kedamaian, itulah yang sudah terbukti, dari yang tidak baik menjadi baik. Intinya tempat ini Universal bukan untuk umat Hindu saja dan tidak ada keterikatan dengan Desa Adat disekitarnya.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : Pesonataksubali.blogspot.com/puragilimenjangan.com
Foto By : Rangkuman Google (ilustrasi)
Comments
Post a Comment