Cerita Singkat "Samar Gantang" Seorang Seniman Bali Yang Terkenal Akan Berbagai Puisi Indahnya

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Tokoh Seniman Bali" sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


I Gusti Putu Bawa Samar Gantang lahir di Tabanan, Tegal Belodan 27 Séptembér 1949. Ayahnya bernama I Gusti Gedé Pegug dan ibunya Gusti Ayu Nyoman Rerep. Ayahnya hanya seorang penari dan pada zaman belanda menjadi tentara Gajah Merah NICA. Samar Gantang bersekolah di SR (Sekolah Rakyat) tahun 1955 di Pengabetan, Dauh Pala, Tabanan, dan lulus tahun 1963. 


I Gusti Bawa Samar Gantang memulai SR (Sekolah Rakyat) tahun 1955 di Pengabetan, Dauh Pala, Tabanan dan berakhir tahun 1963. Dari kecil beliau sangat suka membaca terutama melihat cerita bergambar. Saat kelas lima SR, beliau mempunyai lima rak buku komik. Sampai-sampai beliau membuka penyewaan komik pertama di Tabanan. Akan tetapi, karena pelajaran berhitung dan membaca, beliau tidak naik kelas. Beliau tertinggal 2 kali berturut-turut saat kelas satu dan kelas dua SR. Walaupun beliau suka membaca tapi buku bacaan yang sering beliau baca adalah buku bergambar. Di mana buku bergambar cenderung mengungkapkan suatu cerita dalam bentuk gambar bukan dalam bentuk tulisan.


Setelah kelas tiga SR, akhirnya beliau menjadi salah satu siswa yang terbaik di sekolahnya. Ketika beranjak SMP, dan bersekolah di SMP 1 (sekarang menjadi SMP Negeri 1 Tabanan) beliau pun mulai suka membaca buku sastra. Kesulitan dalam memahami sastra membuatnya tertarik untuk membaca buku-buku yang berbau sastra.

Pria yang sangat senang menonton tinju (yang berbau kekerasan), senam, dan film lucu terutama Mr.Bean ini pun mencoba membuat tulisan dan mengirimkannya ke Koran Solo Marhen. Sayangnya, keberuntungan tidak berpihak pada pak Bawa Samar Gantang. Berkali-kali beliau mengirimkan tulisannya ke koran itu, namun tidak pernah dimuat. Walaupun begitu pak Bawa Samar Gantang tidak menyerah dan terus berusaha hingga akhirnya tulisannya berhasil termuat dalam koran tersebut. Ketika itu beliau sudah masuk SMA tahun pelajaran 1967-1968 di SMAN 1 (sekarang SMAN 1 Tabanan). Sangat puas dan bangga, itulah perasaannya saat itu.


10 kali melamar menjadi seorang guru negeri di beberapa sekolah, pernah dialami oleh seorang Samar Gantang, Dengan sedikit menguras keringat akhirnya tahun 1973 beliau diterima di SMP Harapan menjadi seorang guru honorer. Beliau juga mengajar di beberapa sekolah lain di Tabanan antara lain, SMP TP 45 (sudah tidak ada), SMPN 3, SMP Pemuda, SMP Dharma Bhakti (sejak 1973), SMPN 2 Tabanan.


Pada tahun 1974, beliau menjadi guru tetap di SMP Negeri 2 Tabanan. Sejak menjadi guru di beberapa Sekolah Menengah Pertama (SMP) swasta di Tabanan tahun 1973, Samar Gantang mengajar mata pelajaran seni lukis. Bersama dengan Pak Windra Dusak (sekarang guru Bahasa Indonesia SMAN 1 Tabanan) beliau melanjutkan kuliahnya ke jurusan Sastra Indonesia (1991). Namun setelah meraih gelar Sarjana Sastra dari IKIP Saraswati Tabanan tahun 1997, beliau yang sejak dulu dikenal sebagai seniman sastra tidak pernah menjadi guru Bahasa dan Sastra Indonesia. 


Hal tersebut dikarenakan sudah ada banyak guru Bahasa dan Sastra, makanya beliau tetap mengajar seni lukis. Beliau mengaku mulai menggeluti bidang seni dari tahun 1967-an. Beliau yang lebih dari 1ima puluh tahun mengendarai sepeda Jengki tuanya, sangat gemar melukis. Oleh karena itu, beliau memilih menjadi guru lukis. Sementara minatnya dibidang seni pentas dialihkan ke dunia baca puisi untuk kegiatan ekstrakulikuler. Samar Gantang justru membina kegiatan sastra dan drama diberbagai SMP/SMA Tabanan. Samar Gantang sangat aktif di Lesiba (Lembaga Seniman Indonesia Bali) yang dipimpin oleh dosen Sastra Indonesia Unud, Drs. I Made Sukada,S.U.


Karya-karya yang telah dihasilkan oleh beliau antara lain :

1. Kumpulan puisi “Hujan Tengah Malam” (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali)) dibuat tahun 1969, terbit tahun 1974

2. Kumpulan Puisi “Kisah Sebuah Kota Pelangi” (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali)) tahun 1976

3. Kumpulan Puisi “ Kabut Abadi di Bedugul” (1979) (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali))

4. Kumpulan Puisi “Kalender Puisi Bali” (1980) (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali))

5. Kumpulan Puisi “Kalender Puisi Bali bagian 2” (1981) (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali))

6. Kumpulan Puisi “Laut Bernyanyi” (1982) (penerbit : LESIBA(Lembaga Seniman Indonesia Bali))

7. Kumpulan Puisi “Wiyata Mandala Jogya” (1983)

8. Kumpulan Puisi “Angin Senja” (1985)

9. Kumpulan Puisi “Pada Matahari Tumpah Ratap” (1986)

10. Kumpulan Puisi “Dewa-Dewa Marahlah” (1987)

11. Kumpulan Puisi “Spektrum” (1988)

12. “Kidung Dewata” (pernah meraih juara I di Komindo Jakarta) (1989)

13. “Taksu” (penerbit : Sanggar Minum Kopi) (1990)

14. “Loka Bintara” (penerbit Kantor Post di Jakarta) (1991)

15. “Kebangkitan I-VI” (penerbit Batu Malang) (1992-1996)


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/dictionary.basabali.or.id/joelielikebakso.blogspot.com

Foto By : Rangkuman Google (ilustrasi)

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?