"Tradisi Ngoncang" Menjadi Simbol Keharmonisan DI Buleleng Yang Sudah Hampir Punah

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Ngoncang" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Buleleng Bali memiliki tradisi unik yang dinamakan Ngoncang. Sayangnya tradisi berupa kegiatan menumbuk padi tersebut makin jarang ditemui. 


Ngoncang adalah sebuah tradisi menumbuk padi di kabupaten buleleng dengan menggunakan media elu yang terbuat dari batang kayu berbentuk bulat dan memanjang dan lesung atau ketungan. Dua alat tradisional inilah yang biasanya digunakan warga untuk proses pengolahan padi menjadi beras, dilakukan oleh kelompok. Elu tersebut dipukul/ditumbukan ke dalam ketungan, sehingga menghasilkan bunyi yang unik juga. Namun lambat laun perkembangan alat-alat modernisasi, seperti adanya penggilingan beras, maka alat-alat konvensional seperti elu dan ketungan mulai ditinggalkan oleh warga. Dan tradisi Ngoncang inipun terancam punah.


Apalagi sekarang, areal persawahan memang juga jarang bisa ditemukan, karena maraknya pembangunan, baik itu untuk perumahan ataupun keperluan lainnya. Bahkan di sejumlah tempat di Bali, pabrik penggilingan beras banyak yang tutup juga, karena sudah terbatasnya lahan dan ada alat yang lebih canggih lagi, motor penggilingan beras bisa datang langsung ke lokasi-lokasi panen padi. Nah tidak mengherankan tradisi Ngoncang atau menumbuk padi yang dulu sempat populer di wilayah Buleleng, atau bahkan di daerah Bali lainnya yang mungkin dikenal dengan istilah lainnya ini sudah jarang bisa ditemukan lagi keberadaannya.


Walaupun sudah hampir lenyap, tradisi yang berasal dari Singaraja ini, ternyata bisa kita dapat temukan di Banjar pekraman Paketan, keluruhan Paket Agung, Singaraja, Kabupaten Buleleng. Banjar Paketan adalah satu-satunya banjar yang ada di Singaraja yang mana masih melestarikan Tradisi Ngoncang. Tradisi inipun digelar dan dilaksanakan saat upacara agama tertentu, seperti saat menyambut perayaan hari raya Nyepi, saat hari otonan anak atau saat munculnya peristiwa alam, untuk langkah pelestarian warisan budaya leluhur ini juga diadakan lomba, sehingga menjadi sebuah hiburan dan bahkan bisa menjadi daya tarik wisata.


Tradisi Ngoncang dilakukan sebelum pelaksanaan upacara agama Hindu seperti Ngaben dan Upacara Otonan (upacara kelahiran). Tradisi Ngoncang juga dilakukan saat terjadi beberapa peristiwa alam, seperti gerhana bulan atau gempa bumi. Konon menurut kepercayaan nenek moyang, apabila tradisi Ngoncang ini dilakukan maka Raksasa Kalarahu akan berhenti memangsa bulan, sehingga bumi tetap terang benderang. Raksasa Kalarahu ini sangat takut dengan suara-suara yang keras.


Adapun nilai yang terkandung di dalamnya dan menjadi pedoman hidup bagi masyarakat. Masyarakat Bali meyakini bahwa Ngoncang mampu memberikan keseimbangan hidup antara sekala dan niskala. Tradisi Ngoncang pun menjadi simbol kebersamaan dan keharmonisan sesuai ajaran Tri Hita Karana dalam agama Hindu. 


Tidak hanya keharmonisan antara manusia dengan Tuhannya, tetapi juga manusia dengan sesama serta lingkungan. 


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/www.genpi.co/balitoursclub.net

Foto By : Rangkuman Google

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?