Sayangilah Binatang Yang Merupakan Makhluk Kekuatan Alam "Rahajeng Rahina Tumpek Kandang"

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Tumpek Kandang" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Tumpek kandang (tumpek uye) adalah upacara selamatan kepada sarwa beburon atau hewan - hewan piaraan yang dirayakan setiap hari Sabtu kliwon wuku uye, yaitu upacara untuk memuja Sang Hyang Widhi Wasa dalam manisfestasinya sebagai Sang Hyang Rare Angon, pencipta dan pemelihara binatang) sebagaimana dijelaskan dalam dalam sumber kutipan : Bimbingan Ketrampilan Hidup yang Berlandaskan Tri Hita Karana.


Dalam sebuah lontar Hindu dalam jalan2.com, upacara tumpek kandang ini disebutkan merupakan ritus yang menghaturkan selamatan kepada hewan-hewan piaraan yang mana pada hakikatnya hal tersebut merupakan bentuk pemujaan kepada Tuhan, Rare Angon dan Siwa.


Hal itu menggambarkan bahwa ajaran agama ini begitu menjunjung tinggi harkat kehidupan makhluk lainnya selain manusia.

Hewan, tumbuhan dan segala yang menyusun alam semesta ini merupakan pihak-pihak yang saling berdampingan dengan manusia sehingga hubungan yang kondusif dan konstruktif mesti terus dipertahankan. Dalam ajaran-ajaran Hindu, seluruh umat diajarkan untuk senantiasa menjaga keharmonisan dan keselarasan dengan berbagai makhluk hidup yang lainnya supaya keseimbangan dan hubungan timbal balik diantara semua makhluk yang mengisi semesta bisa berjalan dengan baik. 


Dalam Lontar Sarasamuscaya, juga sudah mengingatkan tentang hal ini yang menyebutkan sebagai berikut :


“Ayuwa tan masih ring sarwa prani, apan prani ngaran prana”


Artinya : jangan tidak sayang kepada binatang, karena binatang atau makhluk adalah kekuatan alam.


Jika kita coba untuk memahami dari lontar tersebut mengartikan bahwa umat hendaknya mengembangkan kasih sayang kepada semua makhluk. Khusus pada perayaan Tumpek Kandang, umat memuja Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewa Siwa Pasupati agar hewan peliharaannya diberkati kerahayuan. Sebab, hewan sangat berguna bagi kehidupan manusia. Misalnya, sapi atau kerbau bagi para petani memiliki peran yang sangat besar dalam membantu aktivitas agrarisnya.


Sebagai hewan yang ditakdirkan sebagai ubuan tunu seperti ayam, itik, babi dan sebagainya sering dijadikan sumber protein untuk menunjang kehidupan manusia. Untuk kepentingan itu hewan ternak memang terus dikembangkan. Tetapi, khusus hewan-hewan yang lain, terutama satwa langka, umat mesti melestarikannya seperti penyu hijau, burung jalak Bali, menjangan, kera dan sebagainya. Hewan-hewan langka tersebut mesti dijaga agar tidak sampai mengalami kepunahan.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/guliangkangin.or.id

Foto By : Rangkuman Google

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?