Perhatikan ! Inilah Tantangan Dalam Membangun Keluarga Harmonis Pada Jaman Sekarang

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Keluarga Harmonis" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Dijaman globalisasi ini, mewujudkan keluarga merupakan suatu tantangan yang mesti dihadapi semua keluarga. Baik miskin maupun kaya, maka kebutuhan yang semakin sulit didapatkan membuat manusia harus bekerja lebih keras. Biasanya seorang ayah adalah nahkoda yang mengarahkan bahtera, mengusahakan bahan bakar untuk kelangsungan perjalanan, memberi motivasi kepada penumpangnya, langka apa untuk menghindari tabrakan fatal dengan karang. Karang itu bisa berupa krisis moneter dan resesi ekonomi, erosi pendidikan, pengaruh budaya asing yang negatif, pornografi, tindakan kekerasan dan kebrutalan, hilangya semangat juang dan kekeluargaan, ogoisme dan fanatisme golongan, penyalagunaan kekuasaan, hukum dan keadilan, keliru menerapkan kemajuan inovasi teknologi.


Seorang Ibu adalah mengatur dan merencanakan biaya seluruh perjalanan, penyeleksi dan perifikator perolehan materi Bapak, apakah halal untuk makanan keluarga atau tidak. Apakah di dalam terkandung hak-hak orang lain atau sudah bersih? Selain tugas di atas, Ibupun dituntut mempunyai kepandaian setaraf Bapak. Tindakan persiapan untuk menghadapi setiap keadaan darurat apabila Sang Nahkoda berhalangan. Peredam ombak emosi dan navigator arah bahtera supaya tetap lurus dan selamat sampai pelabuhan di pantai kebahagiaan yang abadi. Selain tugas diatas Ibupun harus berwawasan tambahan dan ekstra hati-hati menjaga dan mengawasi generasi penerusnya ialah putra-putrinya.


“Tatha Nityam Yateyatam, Stripumsau tu kritakriyau

Jatha nabhicaretam tau, Wiyuktawitaretaram” (Weda Smrthi IX. 102)


Terjemahan:

“Hendaknya laki-laki dan perempuan yang terikat dalam ikatan perkawinan, mengusahakan dengan tidak jemu-jemunya supaya mereka tidak bercerai dan jangan hendaknya melanggar kesetiaan antara satu dengan yang lain”.


“Anyonyasyawayabhicaro, Bhawedamaranantikah

Esa Dharmah Samasena, Jneyahstripumsayoh parah”. (Weda smrthi XI. 101)


Terjemahan:

“Hendaknya supaya hubungan yang setia berlangsung sampai mati, Singkatnya ini harus di aggap sebagai hukum yang tertinggi sebagai suami istri”.


Berilah mereka makanan dan pupuk kehidupan yang berasal dari perolehan sang Ayah secara halal. Suapilah merekan dengan makanan sejuknya, syukur akibat karunia Brahman. Gunakanlah potensi protein untuk mengubah nasib dirinya dalam memaksimalkan pemamfaatan peluang yang diberikan Brahman ke seluruh umatNya dalam memperoleh pertambahan nilai kehidupan. Beritahukanlah kepada mereka, jalanilah kehidupan ini dengan penuh kajian dan pertimbangan. 


Gunakanlah fasilitas rasa dalam artian positif. Rasa tidak puas bukan sinonim dari “Tamak” tetapi jadikanlah predikat ini untuk kontek mencari ilmu dunia dan moksa atau peroleh prestasi yang menguntungkan umat. Nurani tidak tumbuh subur bukan sinonim dari tidak peka atau tidak berperasaan, tapi tidak memperdulikan cemoohan atau perasaan yang merugikan. Perasaan iri hati terhadap kelebihan orang lain, harus diterjemahkan iri terhadap prestasi orang lain dan kemudian memicu diri untuk bisa melebihinya. Iri dan panas hati terhadap prestasi orang lain dalam beramal dan kemudian kita mengikutinya dengan ikhlas dan melebihnya, itu suatu perbuatan positif. Menghukum bukan berarti membalas, tetapi mendidik supaya merasa kapok.


Gambaran tentang seorang suami dan istri ideal menurut pandangan agama Hindu dapat kita lihat dalam ceritra Ramayana. Dimana Dewi Sintha dan suaminya Rama adalah sepasang suami istri yang ideal. Dimana mereka mampu saling menerima dan memberi antara yang satu dengan yang lain. Sintha yang berperan sebagai seorang istri bukanlah budak dari Rama yang berperan sebagai seorang suami, begitu pula sebaliknya. Mereka berdua adalah sepasang suami istri yang saling mencintai dan menghargai antara yang satu dengan yang lainnya.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.blogspot.com

Foto By : @kakang_photoworks (ilustrasi)

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?