Janganlah Takut Untuk Mengungkapkan Kebenaran Karena Hanya Kebenaran Yang Akan Menang

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Satyameva jayate nanrtam

Satyena pantha vitato evayanah

Yenakramantyrsayo hyaptakama

Yatra tat satyasya paramam nid-hanam

(Mundaka Upanisad 3.1.6)


"Hanya kebenaran yang selalu menang, bukan ketidakbenaran. Dari kebenaranlah jalan spiritual menyebar keluar, dengan nama para Maharesi yang keinginannya sepenuhnya terpenuhi, dapat mencapai tempat di mana harta karun tertinggi Kebenaran tersimpan."


Kalimat "Satyam eva jayate" yang terdapat dalam kitab Mundaka Upanisad sudah menjadi sedemikian terkenal. Bahkan, mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Ashar ketika keluar lapas menikmati kebebasan, di hadapan media menyampaikan Satyam Eva Jayate, tapi ketika ada wartawan menanyakan sambil mengulang kalimat tersebut dengan kata "Jayante", Antasari juga ikut mengucapkan kalimat kurang tepat "Satyam Eva Jayante". Antasari sudah benar mengu­capkan jayate akhirnya ikut-ikutan mengucapkan yang kurang tepat secara tata bahasa Sanskerta.


Kata satyam menunjuk pada kebenaran sejati. Ia berarti Supreme Truth (kebenaran tert­inggi) dan juga kejujuran. Akan tetapi, di Indonesia, khususnya di Bali, kata satyam lebih dikenal dengan bawaan arti jujur. Seringkali kita juga mendengar dan bahkan "salah kaprah" akan kata satya wacana dengan kata nitya wacana. Namun, kata nitya wacana diwacanakan sebagai "sing dadi nitya wacana", maksudnya ingin mengatakan tidak boleh berkata-kata bohong, namun mempergunakan kalimat "nitya wacana" yang berarti berkata jujur. Kalimat yang benar adalah "sing dadi mithya wacana" (tidak boleh berkata-kata bohong). Ada kalimat nitya wacana dan ada kalimat mithya wacana. Nitya wacana berarti satya wacana, sedangkan mithya wacana berarti berkata-kata tidak ju­jur, tidak benar alias berbohong. Demikian ilustrasi untuk menjadi peringatan bagi yang masih terperangkap dalam salah kaprah istilah tersebut.


Satyam hendaknya menjadi tonggak arah dari segala yang dilakukan, dipikirkan, dan dikatakan orang. Hendaknya orang juga bertekad agar setiap pikiran, kata, dan perbuatan yang dilakukan di dalam jalan satyam, agar memberikan manfaat dan/atau menjadi acuan kebenaran bagi orang lain.


Dalam prakteknya, kebenaran tidak dapat diukur dengan takaran yang sama antara satu tempat dengan tempat lainnya, antara satu kelompok dengan kelompok lainnya, antara satu Negara dengan Negara lainnya. Perbedaan ukuran yang dipakai dalam menakar kebenaran disebabkan oleh pandangan hidup kolektif yang dianggap baik dan benar dalam suatu masyarakat tertentu, tidak sepenuhnya dapat dianggap baik dan benar pada masyarakat lainnya.


Tulisan ini secara khusus mempertimbangkan takaran kebenaran hakiki menurut ajaran Hindu dan hendaknya dibedakan dengan pertimbangan kebenaran pada sebuah pengadilan oleh suatu institusi negara. Pertimbangan kebenaran pengadilan sebuah institusi negara sering ikut serta pertimbangan berdasarkan kemanusiaan demi keadilan di bumi ini. Sedangkan takaran kebenaran menurut ajaran agama Hindu sesuai hukum Rta akan mempertimbangkan dunia dan alam sunya (Sekala-Niskala), sebab agama Hindu memandang kehidupan terjadi pada dua tempat yakni kehidupan yang tidak kekal terjadi di dunia ini, dan kehidupan yang tidak kekal terjadi di dunia ini, dan kehidupan kekal ada di alam sunya yang disebut Moksa atau mukti yaitu bersatunya Atman dengan Brahman.


Secara hirarki hukum Hindu ditegaskan dalam kitab Manawa Dharma Sastra II.6 sebagai berikut:


Idhanim dharma pramananyaha

Wedo khilo dharma mulam

Smrticile ca tadwaidam

Acarascaiwa sadhunam

Atmanastutir ewaca


Artinya:

Seluruh pustaka suci weda adalah sumber pertama dari dharma, kemudian adat istiadat, lalu tingkah laku yang terpuji dari orang budiman yang mendalami pustaka suci weda, juga tata cara peri-kehidupan orang suci, dan akhirnya kepuasan diri pribadi.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/paduarsana.com

Foto By : @_dw.artwork_ (ilustrasi)

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?