Benarkah Segala Sesuatu Bisa Dicapai Hanya Dengan Melakukan Pertapaan ?
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali
Yaduram yaduraradhyam
yacca dure vyavasthitam
tat-sarvam tapasa sadhyam
tapo hi duratikramam
(Canakya Niti Darpana 17.3)
“Yang sangat jauh, yang melalui pemujaan pun sangat sulit dicapai, yang berada di ketinggian maha tinggi, semua itu dapat dicapai melalui pertapaan. Karena tapa itu mempunyai kekuatan yang sangat hebat.”
MEMBACA sastra-sastra, lontar leluhur, orang akan banyak mendapatkan kata tapa, yang biasanya disusul oleh kata brata, yoga, samadhi. Kata-kata tersebut dijejer bersama, saling kait-mengait, bantu-membantu tidak terpisahkan.
Tapa berasal dari akar kata Sanskerta tap, berarti membakar, memanaskan, menjadi panas atau dipanaskan, terbakar, membuat menderita, menjadikan sakit, menyiksa, mendisiplin, atau terpanaskan. Tapa berarti “memanaskan” diri melalui praktik-praktik disiplin ke dalam diri demi pematangan phisik, mental, dan spiritual.
Contoh dalam ajaran Hindu, Tuhan melakukan tapa untuk melakukan penciptaan semesta. Dalam ajaran Hindu yang berhubungan dengan kehidupan, manusia melakukan tapa untuk mengendalikan energi dalam dirinya. Dalam hal ini tapa digunakan sebagai cara memusatkan energi diri untuk kembali kepada Tuhan (moksa). Bagaimanapun, untuk mencapai tiga tahapan moksa (terserap ke dalam kesadaran Tuhan dengan meninggalkan badan wadag, terserap ke dalam kesadaran tuhan dengan meninggalkan abu jasmani, dan terserap ke dalam kesadaran Tuhan dengan tanpa meninggalkan apa-apa) membutuhkan energi yang besar. Apalagi untuk mencapai jiwanmukti (jiwa sadar dalam kesadaran Tuhan), hal ini membutuhkan sirkulasi imbang energi tubuh dengan energi semesta sehingga wujud diri dapat selalu dipertahankan.
“Tapo hi duratikramam”, tapa mempunyai kekuatan maha hebat untuk menyehatkan dan memperkuat phisik, mematangkan serta memperteguh mental, dan tapa terutama merupakan praktik ampuh untuk memperoleh kekuatan spiritual. Tapa “menciptakan” kekuatan-kekuatan yang tidak sembarang orang bisa mencapainya. Leluhur bangsa Indonesia, atau leluhur bangsa-bangsa di dunia pada zaman dahulu memahami rahasia tapa dengan baik. Terutama ketika berbicara tentang Indonesia, bangsa nusantara mewarisi “harta karun” warisan leluhur yang tidak ternilai harganya dalam berbagai bentuk, terutama sastra lontar, yang tidak pemah “berhenti” memunculkan kemuliaan tapa.
Dalam Veda, tapa merupakan praktik penempaan dan penyucian diri demi pencapaian moksa, pembebasan dari kesengsaraan duniawi. Belakangan, tapa dipraktikkan lebih mengarah pada pencapaian kekuatan batin, kekuatan gaib atau pencapaian ka-aisvarya-an.
“Sarvam tapasa sadhyam”, - segala bisa dicapai melalui tapa (brata, yoga, samadhi). Zaman sekarang, banyak urusan dapat diselesaikan melalui Handphone (HP). Beberapa perusahaan menerapkan cara kerja “tidak perlu ngantor” karena pegawai bisa “ngantor” kapan saja dan dimana saja, yang penting ada HP. Memiliki aplikasi-aplikasi super canggih, HP bisa “melakukan” apa saja. HP bisa mentransfer 200 juta sampai setengah miliar rupiah. Orang tidak perlu lagi datang ke Bank, mengisi formulir, tanda tangan ini dan itu, kemudian “menghadap” pejabat atau direksi Bank untuk verifikasi. Apa saja yang asadhya, yang tidak mungkin didapat, sulit dicapai, atau bahkan impossible untuk dilakukan menjadi sadhyam (bisa dilakukan) hanya melalui HP, kecil tetapi melakukan pekerjaan besar.
Para leluhur tidak membuang waktu belajar ini dan itu berlebihan. Mereka melakukan tapa. Tat-sarvam tapasa sadhyam, - segala yang impossible menjadi possible. Urusan-urusan yang sepertinya sudah tidak mungkin dapat diselesaikan bisa dengan mudah diselesaikan melalui tapa karena tapa mempunyai kekuatan sangat hebat. Tujuan buku dapat dicapai melalui tapa. Tanpa tapa orang sering mengalami kesulitan untuk memahami buku, bahkan tidak berhasil masuk ke dalam tujuan buku. Mereka bergulat-pada nyastra, terperangkap dalam kenikmatan membaca sehingga lupa menjangkau tujuan sastra. Para leluhur yang melakukan tapa mampu mencapai tujuan dari sastra melalui tapa. Tapa merupakan teknik disiphn penyiksaan diri.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/Wikipedia.org
Foto By : @kakang_photoworks (ilustrasi)
Comments
Post a Comment