Apabila Ketenangan Tak Kunjung Datang Menghampirimu Maka Dekatkanlah Dirimu Pada Tuhanmu

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Motivasi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Kebahagiaan bukan sesuatu yang baru dan sulit digapai dan dicapai. Sebab, kebahagiaan itu melekat pada diri kita sendiri. Hanya saja, kita sering lupa dan belum mampu menghayatinya karena tertupi oleh Ego. Ego ini berperan sebagai tabir yang menyelubungi kebahagiaan tertinggi dan menyembunyikannya dari pandangan kita. Kita harus merobek tabir/selumbung hingga hancur, maka akan muncullah sifat asli kita yaitu Ananda (kebahagiaan). 


Kedamaian batin kita harus alami, dengan berusaha sedapat mungkin mengurangi serta melenyapkan keinginan, hawa nafsu serta kebencian. Berusahalah mengembangkan dan meningkatkan kebenaran, kebajikan, kasih, kesabaran, dan ketahanan menderita. Bersamaan dengan itu, praktik dan lakukan sadhana secara terus menerus. Apabila telah melakukan perilaku keutamaan tersebut, tidak akan ada orang yang merebut atau menyerobot secara egois. Setiap orang akan saling dihormati dan kedamaian dunia akan terpelihara. 


Sejak zaman dahulu banyak orang telah berusaha mencapai Tuhan dengan mempraktekkan empat jenis ibadat sebagaimana telah ditentukan oleh kebudyaan leluhur (Hindu): (1) Satyavati Aaraadhana, (2) Anggavati Aaraadhana, (3) Anyavati Aaraadhana, (4) Nidanavati Aaraadhana. Berikut penjelasannya :


Satyavati Aaraadhana

Dalam jenis pemujaan ini penyembah yang menyembah Tuhan memiliki keyakinan bahwa Beliau ada dalam setiap partikel alam semesta sebagaimana mentega ada dalam setiap tetes susu.Seperti minyak dalam biji wijen dan seperti api di dalam kayu, Tuhan (kesadaran semesta) meliputi segenap ciptaan. Penyembah melakukan ibadat kepada Tuhan dengan menyadari bahwa Tuhan meliputi seluruh alam semesta dan percaya bahwa dunia ini merupakan akibat sedangkan Tuhan adalah penyebabnya.


Anggavati Aaraadhana

Merupakan jalan spiritual lain yang mendalam. Mereka yang mengikuti jalan spiritual ini menganggap setiap unsur alam (eter,udara,tanah, api, dan air) sebagai perwujudan Tuhan, dan memuja mereka. Kelima elemen ini memainkan peran dalam badan manusia sebagai kemampuan mendengar (shabda), kemampuan merasakan sentuhan (sparsha), kemampuan melihat (rupa), kemampuan mengecap (rasa), dan kemampuan membaui (gandha). Bahkan kini pun orang-orang memuja air sebagai Ibu Gangga (Gangga Mata), udara sebagai Dewa Vayu, dan hujan sebagai Dewa Varuna. Dengan demikian, dari zaman dahulu para putra leluhur (Hindu) telah memuja kelima unsur alam sesuai dengan kebudayaan mereka masing-masing. Inilah Anggavati Aaraadhana.


Anyavati Aaraadhana

Orang yang mengikuti jalan spiritual ini menganggap Tuhan mempunyai berbagai nama dan wujud dengan sifat atau per-lengkapan tertentu seperti misalnya "Kodandapanf 'yang me-nyandang busur Kodanda,dan Ganggadhari 'yang mengenakan Sungai Gangga di kempalan rambut-Nya' untuk menunjukkan Ishwara (Shiwa).


Demikian pula Wishnu adalah Beliau yang memegang cakra, sangka, gada, dan padma (bunga teratai) di keempat tangan-Nya. Krishna adalah Beliau yang mengenakan sehelai bulu merak di kepala-Nya dan memainkan sending suci. Demikian pula Dewi Saraswati dilukiskan sebagai memegang alat musik vina. Dengan cara ini para leluhur kita memuja Tuhan dengan menghubungkan (aspek-aspek-Nya) dengan berbagai simbol. Mereka memuja Tuhan dengan mempertalikan-Nya dengan nama serta wujud tertentu. Kita hanya dapat menghayati Tuhan bila menyadari kesatuan antara nama dan wujud.


Nidanavati Aaraadhana

Adalah ibadat jenis keempat.Orang-orang yang melakukan latihan rohani ini mengikuti kesembilan jalan bakti, sebagai berikut. (1) Shravanam: mendengarkan (wacana mengenai kitab-kitab suci,Sang Avatar,dan sebagainya); (2) Kiitanam: menyanyikan nama Tuhan; (3) Vishnusmaranam: merenungkan nama Tuhan; (4) Paadaseevaanam: memuja kaki suci-Nya; (5) Vandanam: bersembah sujud kepada Tuhan; (6) Archanam; melakukan ritual pemujaan; (7) Daasyam: mengabdi Tuhan; (8) Sneeham: bersahabat dengan Tuhan; (9) Aatmaniveedanam: pasrah diri pada Tuhan.


Kehidupan dalam bingkai kerukunan yang ada dalam agama Hindu jelas dalam tatanan yang berbhineka tunggal ika. Konsep yang ada, tat twam asi, vasudaidewa kutumbhakam, tri hita karana dan serangkaian konsep yang lain hanya sebatas konsep dengan deretan kata-kata indah. Semuanya harus dijalankan dalam kehidupan. Penerapan nilai-nilai kerukunan yang ada dalam kehidupan ini harus segera dipupuk sejak dini bahwa Indonesia adalah negara Pancasila. 


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/kemenag.go.id

Foto By : @pradana_photoworks (ilustrasi)

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?