Ternyata Beginilah Makna Sakral Dibalik Suara Tetimpugan Saat Upacara Pawiwahan

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Tetimpugan" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Tetimpug merupakan sarana yang juga dipergunakan dalam upacara Makala-kalaan. Tetimpugan erat kaitannya dengan Bhatara Brahma yang disimbolkan sebagai api. “Sarana yang digunakan untuk memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma dalam upacara yadnya umumnya disimbolkan dengan bambu tiga batang yang dibakar dengan api danyuh kelapa.


Dalam upacara pawiwahan adat Hindu ada tiga buah bambu yang dibakar hingga meletup yang disebut Tetimpugan yang erat kaitannya dengan Bhatara Brahma yang disimbolkan untuk memohon penyupatan dari Sang Hyang Brahma. Dimana tiga buah bambu mentah yang masih ada ruasnya diberi minyak kelapa kemudian diberi sasap yang terbuat dari janur kemudian dibakar hingga terdengar bunyi letusan tiga kali.


Tetimbugan dikatakan sebagai rangkaian dari Bhuta Saksi dimana suara letupan menjadi simbol untuk memanggil Bhutakala agar hadir para upacara tersebut kemudian diberi suguhan agar tidak menganggu jalannya upacara.

Tetimpugan berfungsi sebagai alat komunikasi baik niskala maupun skala.


Tetimpugan tidak hanya digunakan dalam upacara pernikahan tetapi juga dalam rangkaian upacara lain seperti Padudusan, Pacaruan Rsi Gana, Labuh Gentuh, dan pecaruan lainnya. Biasanya menggunakan bambu dengan jumlah gabjil. Tiga buah bambu Tetimpug melambangkan Tri Kona yaitu Utpeti, Stiti, dan Pralina. Tetimpug umumnya berupa tiga buah bumbu mentah yang masih ada kedua ruasnya. Lalu diberi minyak kelapa kemudian diberi sasap yang terbuat dari janur. Biasanya bambu ini, akan dibakar sebelum memulai upacara, sehingga terdengar bunyi letusan tiga kali.


Membunyikan Tetimpugan justru merupakan saat yang ditunggu – tunggu. Konon, katanya jika Tetimpugan itu berbunyi lebih dari tiga kali, maka pasangan tersebut akan dikaruniai banyak anak. Jika kurang dari tiga kali letupan, konon mungkin ada kekurangan dalam bantennya.


Dalam Wiwaha Samskara disebutkan, Tetimpug berfungsi sebagai alat komunikasi, baik niskala maupun sakala. Secara niskala, Tetimpug berfungsi untuk memberitahukan Bhutakala yang akan mendapat persembahan, bahwa upacara Makala-kalaan segera dimulai. Secara sekala, Tetimpug juga mempunyai fungsi untuk memberitahukan kepada warga sekitar bahwa upacara Makala-kalaan segera dimulai.


Penjelasan Tetimpug seringkali berbeda – beda, sesuai desa kala patranya. Jika di daerah Ubud, Tetimpug dikatakan sebagai sarana untuk mengundang kekuatan sebagai pelaksana sebuah upacara yadnya. Konon, tetimpug menjadi sarana pengundang tenaga dan waktu agar harmonis. Jika Tetimpug tidak bersuara, maka kala itu tidak datang. Begitu juga sebaliknya, jika bersuara, kala itu datang dan merasa terpanggil.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/Baliexpress.jawapos.com/lidibali.blogspot.com

Foto By : Bali express

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?