Siklus Sisa Pahala Kehidupan Terdahulu Yang Dinikmati Pada Kehidupan Masa Kini

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Sancita Karma Phala" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Karma Phala adalah sebuah hukum universal bahwa setiap perbuatan akan mendatangkan hasil. Dalam konsep Hindu, berbuat itu terdiri atas: perbuatan melalui pikiran, perbuatan melalui perkataan dan perbuatan melalui tingkah laku, Ketiganya dikenal dengan Tri Kaya Parisudha. Ketiga perbuatan inilah yang akan mendatangkan hasil bagi yang berbuat. Kalau perbuatan baik hasilnya pasti baik, dan demikian pula sebaliknya. Hasil kerja atau perbuatan berwujud secara nyata dan tidak nyata. Wujud yang nyata (skala) adalah hal keduniawian sedangkan wujud yang tidak nyata (niskala) adalah ketentraman bathin. Ditinjau dari waktu saat bekerja/berbuat (karma) dengan waktu menerima hasil (phala).


Rahasia kehidupan ini tidak dapat dimengerti, seperti halnya tentang umur, kelahiran, rejeki, dan jodoh seseorang. Dalam hal ini, manusia tidak mempunyai kemampuan untuk memahami dan tidak memutuskan. Manusia hanya berusaha tetapi ada kekuatan lain yang menentukan. Kekuatan lain yang dimaksud adalah kekuatan hukum karma yang dilihat dari lama berbuahnya. 


Sancita Karma Phala merupakan salah satu bagian dari hukum karma phala diantaranya yakni Sancita Karma Phala dan Prarabdha Karma Phala, dan Kriyamana Karma Phala. Ketiganya sudah dijelaskan pada artikel yang berjudul “Jenis-Jenis Karma Phala dan Contohnya”. Pada artikel ini penulis akan membahas lebih spesifik mengenai Sancita Karma Phala.


Secara etimologi Sancita Karma Phala dapat diartikan sebagai hasil yang diterima pada kehidupan sekarang atas perbuatan di kehidupan sebelumnya. Sancita Karma Phala juga dapat diartikan sebagai phala atau hasil perbuatan kita dalam kehidupan terdahulu yang belum habis pahalanya dinikmati dan masih merupakan sisa yang menentukan kehidupan kita sekarang.


Karma Phala sendiri jika dilihat dari etimologi katanya maka berasal dari bahasa sanskerta dari kata Karma yang berarti perbuatan, atau aksi dan phala yang artinya buah atau hasil. Jadi Karma Phala berarti "buah dari perbuatan", baik yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan.


Adapun contoh dari Sancita Karma Phala yakni misalnya di kehidupan yang lalu, kita melakukan korupsi atau mengambil hak rakyat ratusan rupiah, karena sedang berkuasa atau pintar berkelit, uang tersebut digunakan bersenang-senang. Pahalanya (karmanya) belum sempat dinikmati, sehingga pada kelahiran sekaranglah dinikmati buah/hasilnya, misalnya, hidup kita jadi sengsara, atau menjadi perampok sehingga dihukum penjara.


Contoh lain misalnya dahulu kita selalu berbuat baik, suka menolong, membantu orang miskin, mengabdikan diri kepada masyarakat, jujur terhadap semua orang, rajin sembayang, dan taat terhadap semua aturan Negara. Pada kehidupan sekarang kita terlahir dikeluarga dermawan, berhati mulia, mendapatkan penghargaan dari masyarakat dan dihormati semua orang. Hal ini dikarenakan pada kehidupan terdahulu kita sering melakukan hal-hal yang bersifat positif.


Dalam ajaran agama Hindu, terdapat tiga karma phala yang pada intinya mengulas tentang buah dari hasil perbuatan. Untuk itu kewajiban kita sebagai umat Hindu dalam hal ini adalah menghindari pebuatan jahat sekecil apapun. Takutlah dengan akibat dari perbuatan jahat kita dan malulah terhadap akibat dalam pelanggaran ajaran Veda. Karena segala perbuatan akan yang menghasil buah atau phala. Lakukanlah perbuatan baik maka anda akan mendapatkan tujuan hidup yang lebih baik pula.


Semua umat Hindu percaya bahwa tujuan akhir dari manusia yakni Moksa yaitu terbebasnya jiwa (atman) dari ikatan duniawi atau samsara (kelahiran kembali). Ngurah Nala dan Sudharta (2009: 41) menjelaskan apabila Atman itu sudah bersih, oleh karena Ia mentaati petujuk-petunjuk Sang Hyang Widhi (Tuhan), maka Atman itu tidak terikat dengan hukum karma, disebut Niskama Karma, dan Tidak lagi mengalami Punarbhawa, tidak mengalami Samsara. Keadaan inilah yang disebut Moksa atau kelepasan (pembebasan).


Moksa dapat dicapai dengan melakukan perbuatan dharma. Moksa sendiri berasal dari bahasa Sanskerta yaitu akar kata “Muc” yang artinya “Membebaskan” atau “Melepaskan” (Mudana dan Ngurah Dwaja, 2015: 2).


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.blogspot.com/jurusapuh.com

Foto By : desaselumbung.wordpress.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?