Selagi Masih Bersama Hargailah Orangtua Kita Dalam Kondisi Apapun Dan Kapanpun

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Hargai Orang Tua" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Dalam ajaran Hindu, menghormati orang tua adalah kebenaran tertinggi. Ajaran Hindu Bali tidak hanya mengajarkan menghormati orang tua saat mereka masih hidup, bahkan mereka tetap dihormati saat mereka sudah meninggal. Saat sudah meninggal mereka disebut leluhur, dan dipuja serta sekaligus didoakan di merajan2 keluarga. Dari Siwa Purana disebutkan, saat Siwa dan Parwati menguji kedua putranya untuk "mengitari dunia", Dewa Ganeca secara sederhana menjawab tantangan itu dengan mengelilingi ayah dan ibunya, Siwa dan Parwati.  


"Dengan mengelilingi dan memuja Anda, Parvati dan Siva, maka aku telah mengelilingi bumi yang terbentang luas dengan samudranya" (Siva Purana, Rudra Samitha, Kumara Khanda XIX.37). Lalu Ganeca melanjutkan "Tempat suci bagi seorang anak adalah kaki Padma orang tuanya. Sedangkan tempat suci lainnya bisa dijangkau dengan melakukan perjalanan jauh. Tempat suci ini begitu dekat, dengan mudah bisa dicapai dengan sebuah alat berupa kebajikan. Untuk seorang anak dan istri, orang tua adalah tempat suci yang paling bertuah dan ada di rumah itu sendiri" (Siva Purana, Rudra Samitha, Kumara Khanda XIX.41-42).


Salah satu prosesi untuk menghormati orang tua yaitu prosesi sungkeman yang sampai saat ini masih dilakukan masyarakat diluar Bali. Ritual model ini dahulu pernah menjadi ritual yang juga dilakukan masyarakat Bali Kuno. Namun sayang, tradisi yang disebut Pada Sevanam ini mulai jarang dilakukan lagi. Sungkeman didalam Veda dikenal dengan istilah ‘Pada Sevanam’. Pada artinya kaki, sedangkan Sevanam artinya pelayanan. Dalam Bhagavata Purana, Pada Sevanam dijelaskan sebagai bentuk sembah kepada Tuhan dengan bersujud pada kaki padma beliau. 


Dalam acara Matr Pitr Vandanam setiap orang yang datang akan melakukan profesi sujud kepada orang tua masing-masing. Sebagai tanda penghormatan kepada kedua orangtua. Salah satu wilayah yang masih mempertahankan tradisi sungkem adalah Desa Pakraman Pengubugan,Manggis,Karangasem dimana tradisi biasanya dilaksanakan setiap sasih kedasa lewat tradisi Ngusaba Dodol.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/baliexpress.jawapos.com/kompasiana.com

Foto By : pasramanganesha.shc.id

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?