Renungkanlah 6 Hal Penting Ini Dalam Kehidupan Menurut Ajaran Hindu
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "6 Renungan Kehidupan" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali
“Bagi seekor kijang yang berbahagia dengan rumput dan buluh muda, perhiasan emas itu tidak berarti,Bagi kera yang berbahagia dengan buah-buahan pada pohon-pohon kayu, mutiara itu tidak ada artinya, Bagi babi yang bergembira dengan makanan yang sudah busuk, bau bunga harum itu tidak berarti apa-apa Tetapi bagi manusia, dharmalah (perbuatan baiklah) yang harus diutamakan dan dilakukan walaupun kadang-kadang tidak menggembirakan.” Slokantara 36.
Emas, mutiara, dan bau harum tidak berharga bagi binatang, karena yang penting adalah makanan yang memuaskan rasa lapar tubuh mereka. Bagi manusiapun emas, mutiara, dan bau harum hanya kebutuhan kedua. Yang utama bagi manusia adalah melakukan perbuatan dharma (perbuatan baik), walaupun hal itu kadang-kadang tidak menggembirakan.
Indriarthesu vairagyam
Anahamkara eva sa janma
Mrtyujara vyadhi duhkha
Dosa anu darsanam
(Bhagawad Gita XIII. 8)
Maksudnya: Melepaskan indriya dari ikatan benda-benda duniawi, bebas dari rasa egoisme, senantiasa merenungkan permasalahan kelahiran (janma), kematian (mrtyu), umur tua (jam) sakit (vyadhi), duhkha dan dosa.
Untuk meningkatkan kualitas kehidupan di bumi ini ada dinyatakan dalam Bhagawad Gita XIII, 8 agar setiap saat merenungkan enam hal yang disebut sad anu dharsanam. Enam kelemahan itu kalau tidak direnungkan dapat menimbulkan penderitaan. Tapi kalau direnungkan baik-baik maka dampak negatifnya dapat diperkecil. Sad anu dharsanam itu adalah:
1. Janma artinya lahir ke bumi ini. Lahir ke bumi hendaknya dipahami sebagai kesempatan untuk memperbaiki diri lahir dan batin. Kelahiran ke bumi ini seyogianya dipahami dengan baik melalui perenungan berdasarkan petunjuk kitab suci dan ilmu pengetahuan. Dengan perenungan itu akan diperoleh wawasan hidup yang baik dan benar. Arti kata darsana dalam bahasa Sansekerta adalah memandang atau pandangan.
Hidup ini akan diselenggarakan dengan baik apabila didasarkan pada pandangan yang baik dan benar. Yang dimaksud sad anu darsanam adalah merenungkan enam permasalahan hidup sampai mendatangkan pandangan yang benar tentang maknanya kelahiran di bumi ini.
2. Mrtyu artinya siapa saja yang pernah lahir cepat atau lambat pasti akan mati. Kapan kita mati yang pasti tahu hanyalah Tuhan sendiri. Karena mati itu sudah pasti renungkanlah sejak awal agar mati kita menurut ukuran umum mati secara wajar. Dalam ajaran Hindu ada yang disebut: mati benar, mati salah pati dan mati ulah pati.
Semua orang yang normal tentunya mengharapkan dalam hidupnya agar mati "bener" artinya mati yang wajar. Mati yang tidak diharapkan oleh setiap orang normal adalah mati salah pati dan mati ulah pati. Mati salah pati seperti mati diterkam binatang buas, mati tenggelam, mati ditimpa pohon, mati tertimbun tanah longsor dan sejenisnya. Sedangkan mati ulah pati adalah mati bunuh diri.
3. Jara artinya umur tua. Menjalani hidup tua dengan usia lanjut bukanlah baru kita renungkan saat kita sudah tua. Menghadapi usia lanjut hendaknya direnungkan sedini mungkin. Perenungan itu dimaksudkan agar persiapan untuk menghadapi hari tua baik mental maupun fisik dilakukan dengan sebaik-baiknya. Usia tua dapat diidentikkan dengan masa Wanaprstha dalam sistem Catur Asrama.
Dalam Kekawin Nitisastra dinyatakan saat usia lanjut tengah tuwuh sawecana gegenta.
Artinya kaiau sudah setengah umur swadharmanya adalah sebagai penasehat saja. Ikhlaskanlah estapet kehidupan ini pada generasi muda. Karena itu kalau sudah tua janganlah berebut berbagai peran kehidupan pada generasi tua. Swadharma orang yang sudah lanjut usia adalah membagi pengalamannya pada generasi selanjutnya. Dengan demikian hormat generasi muda pada yang tua akan lebih mudah dapat dicapai. Dengan renungan yang benar itu derita usia lanjut dapat diminimalkan.
4. Vyadhi artinya sakit. Keadaan sakit itu tidak pernah diharapkan oleh siapa saja. Tetapi sakit itu pernah saja singgah pada diri siapa saja. Orang bijak mengatakan lebih baik mencegah dari pada mengobati. Ini artinya mencegah timbulnya penyakit itu hendaknya didalami benar sejak awal. Karena kesalahan dari awal dalam memelihara kesehatan itu akan amat sulit ditanggulangi kalau sudah tua. Menanamkan dasar-dasar hidup sehat hendaknya dilakukan sedini mungkin. Kalau terlambat menyiapkan diri mencegah suatu penyakit maka seumur hidup kita akan menyesal.
Kehidupan beragama Hindu seyogianya mendidik umat Hindu untuk membangun hidup sehat sejak dini. Apa lagi dalam ajaran Weda dikenal adanya ajaran Ayurveda yang khusus untuk menuntun umat Hindu agar bisa hidup sehat dan bugar atau Swasthya. Penyebaran ajaran Ayurveda kalah gencar dilakukan oleh umat Hindu dibanding dengan tatacara berupacara yadnya.
5. Dukha artinya sedih atau derita. Dinamika hidup dibumi ini memang suka dan duka. Karena itu konsep hidup bahagia dalam satra suci Hindu mengatasi suka dan duka. Bhagawad Gita 11.15 menyatakan: sama duhka sukham dhiram: artinya seimbang dan tangguhlah menghadapi suka dan duka. Dalam Sloka tersebut dinyatakan barang siapa yang seimbang dan tangguh menghadapi suka dan duka ia akan mendapatkan hidup yang bahagia sampai mencapai sorga.
6. Dosa. Kata dosa berasal dari kata dush artinya melemahkan atau merusak. Ini artinya dalam hidup ini ada perilaku manusia yang melemahkan bahkan sampai merusak ada yang menguatkan. Manusia hendaknya senantiasa memikirkan dalam-dalam agar jangan berbuat untuk melemahkan dirinya dengan berbuat dosa yang menjauhkan hidup ini pada hidup bahagia apalagi sorga. Dengan merenungkan sebelum berbuat kita akan lebih mampu menghindari dari dosa.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/mediahinduonline.org
Foto By : thebalibuzz.com (hanya ilustrasi)
Comments
Post a Comment