Membina Diri Dalam Siklus Samsara Menuju Kesempurnaan

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Samsara" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Karma dan Samsara adalah dua konsep dasar yang menginformasikan gagasan dharma dan moksha. Karma: hukum sebab dan akibat yang dengannya seseorang menuai apa yang ditabur. [a] Sebuah. "Karma" berarti "perbuatan, [b] Semua tindakan, terutama tindakan moral, memiliki efek yang dapat diprediksi setiap orang bertanggung jawab atas setiap tindakan yang dilakukannya; setiap tindakan akan memengaruhi masa depan seseorang; [c] Kondisi, karakter, keadaan seseorang saat ini adalah hasil dari tindakan masa lalu; [d] Pemahaman tekstual dan populer tentang karma


Sedangkan Samsara: sebagai siklus kelahiran kembali / sebagai aliran dan aliran penciptaan; [a] Siklus kelahiran dan kelahiran kembali; [b] Kehidupan seseorang saat ini = salah satu rantai kehidupan yang panjang, kehidupan yang tak terhitung jumlahnya dalam bentuk manusia dan non-manusia (termasuk keberadaan sebagai dewa) dan [c] Urutan hierarkis semua spesies yang ada, seperti kasta; dan [d] Samsara sebagai sistem fluida dan alam semesta yang berubah;


Di dalam ajaran Hindu Dharma disebutkan, bahwa setiap atma yang masih terbelenggu oleh siklus samsara akan terikat oleh enam kelemahan, yaitu :


1. Janma : akan mengalami kelahiran kembali

2. Dhuka : akan mengalami kesengsaraan

3. Dosa : akan berbuat kesalahan

4. Vyadhi : akan mengalami sakit

5. Jara : akan mengalami proses penuaan

6. Mrtya : akan mengalami kematian


Banyak manusia di dunia sesungguhnya lahir dalam keberuntungan, tapi tidak memahami dan menghargainya. Yaitu lahir, hidup dan mati di sebuah tempat nan damai dimana ada jalan suci dharma untuk ditempuh, tapi tidak mau menyimak dan mendalami hakikat kebenarannya. Buta pengetahuan dharma semasa hidupnya, menciptakan akumulasi karma buruk yang bertumpuk-tumpuk menggunung, tenggelam di dalam karma buruk yang semakin dalam. Sehingga kelahirannya kembali [punarbhawa] kelak akan memburuk.

Padahal sekali terlahir kembali di tempat yang tidak ada jalan suci dharma, atau di tempat yang penuh konflik dan peperangan, atau terjerumus ke dalam empat jalur perjalanan atma yang buruk [terjebak di alam antarabhava, masuk alam-alam bawah, masuk alam-alam neraka atau terlahir kembali sebagai binatang], maka akan terjepit oleh kesengsaraan yang berat. Dalam keadaan yang seperti itu kebodohan [avidya] dan ketersesatan kesadaran [acetana] akan semakin bertambah. Akan semakin sulit bertemu jalan suci dharma, semakin sulit bertemu pengetahuan sejati, tidak paham akan hukum sebab-akibat, terseret habis oleh akumulasi karma buruknya dan semakin tenggelam dalam kesengsaraan di dalam siklus samsara. Sangat sulit untuk keluar.


Yang paling diharapkan di dalam kelahiran sebagai manusia ini kalau kita mampu mengusahakan menggembleng diri agar dapat mencapai pembebasan [moksha]. Kalau kita belum mampu usahakanlah membina diri agar kelak setelah dijemput oleh kematian bisa mencapai alam-alam suci. Kalau itupun juga belum mampu paling tidak usahakanlah membina diri mempersiapkan kelahiran kembali berikutnya yang baik, dimana kita bisa memperoleh kesempatan untuk mengalami peningkatan dan kemajuan kesadaran.


Dalam kelahiran berulang-ulang sebagai manusia, tidak semua orang dapat mengalami kemajuan kesadaran. Banyak yang hanya hanya terus berputar-putar naik turun begitu saja di dalam siklus samsara. Itupun masih untung kalau tidak mengalami kejatuhan terlahir kembali sebagai mahluk-mahluk rendah. Di dalam ajaran Hindu Dharma, ada tiga macam kelahiran kembali di dalam siklus samsara yang tidak diharapkan terjadi, yaitu :


1. Dhuka punarbhava Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali “turun tingkat” menjadi binatang atau mahluk-mahluk alam bawah.

2. Sangskara punarbhava Yaitu dari kehidupan sebagai manusia, terlahir kembali tetap menjadi manusia, yang hanya terus berputar-putar naik turun begitu saja.121 Misalnya [contoh] : sekarang lahir menjadi orang miskin, karena miskin dia demikian rajin berdoa, karena rajin berdoa kelahiran berikutnya “naik” menjadi orang kaya. Begitu lahir jadi orang kaya dia pelit dan sombong, sehingga kelahiran berikutnya “turun” lagi menjadi orang miskin. Demikian terus berputar terjadi naik-turun berulang-ulang.

3. Parinama punarbhava Yaitu dari bertempat di alam-alam dewa, terlahir kembali menjadi manusia untuk proses “naik tingkat” atau meningkatkan kesadaran, tetapi karena berbagai sebab justru malah mengalami kemerosotan kesadaran atau “turun tingkat”. Sadha na Dasar : Karma Baik Dan Landasan Dasar Kesadaran


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.blogspot.com/kompasiana.com

Foto By : pinterest.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?