Kisah Sang Dewi Saraswati Sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Dewi Saraswati" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Kata "Saraswati" adalah sebuah nama suci untuk menyebutkan sosok Dewi Ilmu Pengetahuan. Kata Saraswati itu terdiri secara etimologi berasal dari kata 'saras' dan 'wati'. Kata "saras" yang juga berasal dari urat kata sansekerta "sr" memiliki arti mata air, terus-menerus atau sesuatu yang terus-menerus mengalir. Sedangkan Kata "wati" berarti yang memiliki. Arti lengkap kata "Saraswati" adalah sesuatu yang memiliki atau mempunyai sifat mengalirkan secara terus menerus air kehidupan dan ilmu pengetahuan. Inilah difinisi kata Saraswati yang di difinisikan oleh I Gusti Ketut Widana.


Hari raya Saraswati dirayakan tiap 6 bulan (210 hari) sekali yaitu pada hari Sabtu umanis wuku Watugunung. Pada hari Saraswati, Umat Hindu memuja Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya sebagai Dewi raswati. Dewi Saraswati merupakan simbol dari kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam menciptakan/menurunkan ilmu pengetahuan. Kekuatan Ida Sanghyang Widhi Wasa dalam manifestasinya dilambangkan dengan seorang Dewi yang cantik bertangan 4 (empat) dengan memegang alat musik, genitri, pustaka suci, serta bunga teratai.


PENGGAMBARAN DEWI SARASWATI

Saraswati adalah pasangan Brahma. Biasa digambarkan sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, sebagai perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri (inner beauty kalau orang modern bilang). Saraswati kadang digambarkan duduk atau berdiri diatas bunga teratai, atau angsa, atau burung merak, atau digambarkan bersama ketiga-tiganya. Wahananya sama dengan Brahma yakni angsa, meski kadang ia juga menunggangi merak.


Dewi Saraswati memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan yakni pikiran, intelektual, waspada (mawas diri) dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:


• Lontar (buku), adalah kitab suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal, abadi, dan ilmu sejati.

• Genitri (tasbih / jalma-mala), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.

• Wina (kecapi / rebab), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.

• Damaru (kendang kecil).

Wahana Angsa Saraswati sendiri merupakan semacam simbol penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya (ketidakterikatan) yang sempurna, karena angsa memiliki kemampuan memilah makanan di antara lumpur (yang tak bisa dimakan) – memilah yang baik dan yang buruk. Angsa juga mampu berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, bahwa seorang yang bijaksana bisa hidup layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.


DEWI SARASWATI DAN TUJUH RSI

Di dalam kesusastraan Weda, Saraswati adalah nama sungai yang disebut Dewa Nadi artinya sungainya para dewa. Sungai Saraswati terletak di selatan daerah Brahmawarta atau Kuruksetra. Di sebelah utara Kuruksetra ada sungai bernama sungai Dasdwati. Kedua sungai itu diyakini berasal dari Indraloka. Karena itulah disebut Dewa Nadi.


Ada peristiwa khusus yang terjadi di Lembah Sungai Saraswati ini, sebagaimana diceritakan dalam Salya Parwa (kitab kesembilan dalam epos Mahabaratha). Peristiwa di mana Dewi Saraswati menunjukkan perannya sebagai penjaga dan pemelihara (ajaran) kitab suci Weda. Konon di lembah sungai Saraswati, terdapat tujuh rsi ahli Weda (Sapta Rsi) yaitu Rsi Gautama, Bharadwaja, Wiswamitra, Yamadageni, Rsi Wasistha, Kasiyapa dan Atri. Ketika musim kemarau datang, keadaan di lembah sungai Saraswati itu kering. Tumbuh-tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik dan para Rsi pun kesulitan mencari bahan makanan. Sapta Rsi pun pindah ke tempat lain. 


Sedangkan seorang putra Dewi Saraswati yang bernama Saraswata masih setia tinggal di lembah sungai Saraswati. Karena kesetiaannya tinggal di tempat itu, Saraswata mendapat perlindungan dari ibunya. Saraswata tetap bisa mendapat bahan makanan dari lembah sungai itu meski kondisinya tengah gersang. Sementara itu Para Rsi yang meninggalkan lembah sungai Saraswati sendiri, lambat laun tidak tahan pada keadaan yang sama sulitnya (atau malah lebih sulit) di tempat yang baru. Di tempat mereka yang baru, mereka malah jadi terlalu sibuk bekerja untuk meningkatkan harkat hidup sampai mereka lupa pada isi Weda. Padahal, memahami Weda merupakan suatu kewajiban yang mutlak sebagai identitas seorang rsi. Seorang rsi yang lupa isi Weda sama saja dengan rsi bohongan.


Pada akhirnya Sapta Rsi ini kembali ke lembah sungai Saraswati. Di lembah sungai Saraswati itulah para rsi mohon kesediaan Dewi Saraswati membangkitkan kembali kesadaran mereka dalam memahami isi Weda yang merupakan tugas pokok mereka. Dewi Saraswati berjanji akan memberi anugerah itu apabila para rsi bersedia menjadi siswanya. Para rsi pun ragu karena dua alasan :


1. Saraswati itu seorang dewi, yang berarti dia wanita. Mereka gengsi diajar oleh wanita.

2. Wajah Saraswati yang selalu tampak muda membuat para rsi lupa bahwa Saraswati adalah istri kakek mereka (sebagian Sapta Rsi adalah cucu-cucu Brahma) sehingga mereka malah bertanya, 

"Apakah patut orang yang lebih tua (Sapta Rsi) berguru pada yang muda (Dewi Saraswati), karena Dewi sendiri masihlah sangat muda".


Saraswati sendiri menjawab : 

“Seorang guru kerohanian tidaklah tergantung pada umurnya, kekayaannya, kebangsawanannya. Seorang guru kerohanian patut dilihat dari kemampuannya menguasai dan menyampaikan isi Weda. Kedewasaan spiritual Wedalah yang menjadi patokan utama".


Penjelasan itu menyebabkan semua rsi kalah argumen dan akhirnya berguru pada Dewi Saraswati. Setelah kejadian itu, datang lagi enam puluh ribu orang menghadap Dewi Saraswati agar diterima sebagai murid karena ingin mendalami lautan rohani Weda. Lewat para resi dan siswa tadi, Dewi Saraswati menghidupkan dan menyebarkan isi Weda ke seluruh pelosok dunia. Oleh karena hal ini ia dijuluki ‘Mother of Vedas – Ibu Weda’.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.blogspot.com/phdi.or.id

Foto By : phdi.or.id

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala