Beginilah Citra Wanita Hindu Di Bali Yang Sesungguhnya

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Citra Wanita Hindu" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali


Citra wanita Hindu yang dimaksud adalah yang menarik perhatian, unggul, baik hati, bercahaya, dan lain-lain. Ada pula yang mengatakan bahwa citra wanita terlihat dari berbagai warna, mulia, berseri, jernih, indah, sedap, sebagai gambar, rupa, sosok. Mengacu pada pemikiran diatas, menurut analisis penulis, bahwa yang dimaksud dengan Citra wanita adalah penggambaran sosok wanita yang unggul secara pribadi, cantik, menarik secara phisik, wanita ideal yang didambakan oleh semua manusia. Dalam masyarakat Bali yang mayoritas Hindu, nilai-nilai luhur ajaran Hindu menata sikap hidup masyarakat, wanita Hindu khususnya di Bali. 


Dalam masyarakat Bali yang mayoritas Hindu, nilai-nilai luhur ajaran Hindu menata sikap hidup masyarakat, wanita Hindu khususnya di Bali. Dalam ajaran Hindu yang diteraplikasi ajaran weda tersirat dalam kakawin Ramayana, tipe wanita juga tersirat dalam kitab Suci Bhagawadgita. Kecendrungan wanita yang ideal tersebut termasuk kelompok manusia Daivi Sampat/kecendrungan mempunyai sifat kedewataan. Salah satu petikan yang relevan dengan ciri-ciri wanita tersebut tertera pada salah satu Sloka pada kitab suci Bhagwadgita, yaitu:


Abhyam Sattva Samsuddhir Jnayoga Vyavasthitih Dhanam Damasca Yajnca Scadhyasyas Tapa Arjavam

(Bhagawadgita XVI-1 -3)


Artinya :


Tak gentar, suci hati, bijaksana, mendalami yoga, dan ilmu pengetahuan, dermawan menguasai indria, berupacara, kebhatinan, mempelajari kitab-kitab sastra, hidup sederhana, dan berbuat dengan jujur.


Nilai Luhur Budaya Hindu Menata Wanita Hindu


Nilai luhur budaya merupakan sesuatu yang berharga dalam kehidupan manusia serta berfungsi untuk menata sikap, prilaku masyarakat termasuk wanita Hindu. Nilai luhur budaya yang terkandung pada salah satu sloka Bhagawadgita diatas yang juga merupakan ciri-ciri manusia. Sattwika atau manusia yang cendrung mempunyai sifat kedewataan. Sifat-sifat tersebut adalah sebagai berikut:


(1) Manusia yang punya kesucian hati yang dimaksudkan manusia itu berprilaku yang jujur beretika, bekerja tanpa pamrih, manusia ini juga taqwa terhadap Ida Hyang Widhi Wasa.


(2) Manusia bijaksana, yang dimaksud disini adalah manusia yang berprilaku pandai dan berbudi luhur, tajam pikiran, arif. Biasanya manusia ini pandai menempatkan sesuatu berkat pengalaman dan perkembangan yang matang.


(3) Manusia yang senang beryoga dan. punya ilmu pengetahuan sehingga orang seperti ini menampakkan prilaku yang senang kemuliaan, punya keseimbangan lahir bhatin, orang itu punya ilmu pengetahuan, punya keahlian namun tetap punya kemampuan mengendalikan, menguasai diri dengan semadi atau meditasi.


(4) Menguasai indria, mengandung makn ada nilai luhur pengendalian indria, pengendalian sad ripu dan mampu berprilaku yang men-cerminan keindriaan. Menurut paham Hindu terletak antara bumi dengan kahyangan (negeri para dewa). Hal ini bermakna bahwa manusia memiliki sifat kedewataan.


Uraian diatas, menurut analisis penulis berdasarkan tektual sastra Hindu maupun aspek-aspek budaya Hindu membakukan Nilai luhur yang berfungsi menata sikap perilaku masyarakat, wanita khususnya. Pada hakekatnya citra wanita Hindu mulia seharusnya mengetahui, memaknai nilai luhur yang ada pada sastra Hindu sebagai acuan untuk berprilaku menjadi wanita yang mulia lahir bhatin.


Citra wanita Hindu, khususnya wanita Hindu Bali mempunyai citra yang mulia: (1) sangat religius; (2) punya etos kerja; (3) teguh imam; (4) sebagai pendidik anak; (5) punya keseimbangan kecerdasan emosional, kecerdasan intelektual, kecerdasan spiritual. Keunggulan perempuan dalam multi peran merupakan citra perempuan Hindu yang perlu digali dikembangkan untuk menghadapi tantangan dalam masyarakat. Wanita Hindu tetap maju, namun tidak tercabut dari akar budaya Hindu. Dalam prilaku keseharian, wanita Hindu bisa maju dalam pendidikan, maju ekonomi kreatif, namun harus unggul dalam budaya dan moral. Sebagai aplikasi dalam kehidupan masyarakat Bali, dimana wanita Hindu minimal mengetahui, memahami adat-adat budayanya sebagai jati dirinya, minimal bisa membuat canang dan pejati sebagai persembahan pada Ida Sang Hyang Widhi, ungkapan rasa baktinya


Mengenai tindakan dimana seorang istri menceburkan diri kedalam perabuan suaminya atau “ sati ” memang dikenal oleh peradaban masyarakat Hindu. Tetapi tidak ada satupun sloka Veda yang mewajibkan seorang istri untuk ikut membakar diri bersama mayat suaminya. Mereka yang melakukan upacara sati adalah mereka yang memang atas dorongan dirinya sendiri yang memiliki cinta kasih dan pengabdian yang tulus pada suaminya. Dasar dari seorang istri untuk melakukan sati mungkin adalah Manu Smrti 2.67; “Patise-va gurau vasah, melayani suami dengan tulus di rumah sama dengan tinggal di Gurukula” dan lebih lanjut dikatakan, “Suddha nari pativrata, istri yang selalu setia kepada suami dalam kesenangan maupun kesusahan adalah wanita saleh” (CN.8.18). 

Seorang istri yang setia seperti ini menurut Veda sudah pasti akan diangkat kedalam kedudukan yang lebih tinggi, mereka sduah pasti akan mencapai Sorga.


Namun demikian Veda berkali-kali mengingatkan bahwa tujuan akhir kita bukan Svarga/Sorga, tetapi Moksha, mencapai alam rohani yang sat-cit-ananda. Dan kit juga bukan badan ini, kita adalah Atman/jiva. Kita mengambil wujud sebagai manusia, sebagai laki-laki dan wanita hanya karena badan material ini, namun Atman/jiva kita tetaplah sama. 


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/phdi.or.id/kmhdintt.com

Foto By : phdi.or.id

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?