Apakah Makna Sebenarnya Dari Tradisi Megibung Di Bali Yang Masih Lestari Sampai Saat Ini ?
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Megibung" sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali
Bali mengenal tradisi megibung. Dalam tradisi ini, orang-orang menikmati aneka lauk secara bersama-sama dalam satu wadah. Berbagi lauk dan nasi.
Menurut sejarahnya, tradisi megibung telah dijalankan secara turun temurun oleh masyarakat Bali, terutama di daerah Karangasem. Konon tradisi megibung ini dikenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem pada sekitar tahun 1614 Caka atau 1692 Masehi. Saat itu, Sang Raja sedang dalam ekspedisinya menaklukkan kerajaan-kerajaan yang ada di tanah Lombok. Ketika sedang beristirahat, Sang Raja memerintahkan semua prajuritnya untuk makan bersama dalam posisi melingkar. Sang Raja sendiri konon ikut makan bersama dengan para prajuritnya.
Megibung berasal dari kata 'gibung' yang mendapat awalan me-(melakukan suatu kegiatan). Gibung berarti kegiatan yang dilakukan oleh banyak orang bersama-sama. Pada masa lalu, acara megibung biasanya digelar saat seseorang melaksanakan suatu upacara seperti Dewa Yadnya, Manusa Yadnya, Pitra Yadnya, Buta Yadnya dan Rsi Yadnya. Namun sekarang, Megibung juga dijalankan dalam acara selamatan, acara tutup tahun dan menyambut tahun baru, rapat-rapat yang diikuti lebih dari 100 orang, pelantikan Kepala Desa, dan acara-acara lainnya. Saat acara Megibung berlangsung, orang-orang duduk dan makan bersama, saling berbagi satu dengan lainnya sembari berdiskusi dan menjalin tali persaudaraan.
Dalam sebuah acara, Megibung biasa dilakukan sebelum para tamu pulang. Mereka diajak makan sebagai tanda terima kasih dan juga jalinan keakraban serta kekeluargaan. Secara tradisi, tamu membentuk sela (kelompok) berisi 5-8 orang. Mereka duduk bersila dalam lingkaran. Tiap kelompok dipimpin seorang pepara yang bertugas menuang nasi dan lauk dalam wadah.
Gibungan atau hidangan untuk Megibung bisa berupa babi yang diolah jadi sate, lawar, komoh, gegubah, atau pepesan. Disamping itu ada olahan daging. Proses makan dilakukan bersama memakai tangan. Sehingga perlu mencuci tangan sebelum makan. Terdapat etika lainnya juga seperti tidak menjatuhkan sisa makanan dari mulut ke atas nampan, tidak bersin, tidak mengambil makanan orang sebelah dan sisa-sisa dibuang di atas daun pisang yang telah disediakan.
Ternyata dalam tradisi Megibung banyak terkandung nilai-nilai yaitu nilai persaudaraan dan juga nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai Pancasila dengan tradisi Megibung memiliki hubungan yang sangat erat dan juga sangat terasa nuansanya. Hubungan nilai-nilai Pancasila dengan tradisi Megibung adalah :
1. Sila I (Ketuhanan Yang Maha Esa)
Tradisi Megibung dilaksanakan pada upacara Panca Yajna yaitu Dewa Yajna, Pitra Yajna, Rsi Yajna, Manusa Yajna, dan Bhuta Yajna. Nilai Pancasila yang terkandung dalam Sila ke I yaitu nilai ketuhanan.
2. Sila II (Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab)
Dalam tradisi megibung tidak mengenal kasta atau catur warna, karena dalam tradisi Megibung tidak harus dengan orang yang dikenal. Nilai Pancasila yang terkandung dalam Sila ke II yaitu nilai kemanusiaan.
3. Sila III (Persatuan Indonesia)
Megibung harus ada rasa kebersamaan dalam menghabiskan makanan tersebut dan juga dengan menyatukan semua perbedaan-perbedaan krama (masyarakat). Nilai Pancasila yang terkandung dalam Sila ke III yaitu nilai kebersamaan.
4. Sila IV (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan)
Dalam tradisi Megibung ada aturan yang tidak boleh dilarang yaitu yang duluan habis tidak boleh meninggalkan tempat sampai krama (masyarakat) menyatakan sudah boleh bangun dan meninggalkan tempat, baru boleh meninggalkan tempat megibung tersebut. Nilai Pancasila yang terkandung dalam Sila ke IV yaitu nilai kebijaksanaan dan kemusyawaratan di dalam masyarakat.
5. Sila V (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia)
Dalam tradisi Megibung makanan yang disiapkan semua sama, jumlah satu sela (kelompok) juga harus sama, dan selesai megibung juga sama. Nilai Pancasila yang terkandung dalam Sila ke V yaitu nilai keadilan.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : Pesonataksubali.blogspot.com/food.detik.com/santossalam.blogspot.com/ajumblog.home.blog
Foto By : Rangkuman Google
Comments
Post a Comment