Pengertian,Sejarah Dan Makna Upacara Eka Dasa Rudra

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Eka Dasa Rudra" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Eka Dasa Rudra adalah suatu upacara pemujaan terhadap 11 Kala Rudra, yang menguasai bhuta/kala di setiap arah penjuru angin. Upacara ini, merupakan sebuah upacara umat Hindu yang dirayakan hanya 100 Tahun sekali sehingga menghasilkan angka 0 (nol). Upacara ini dilaksanakan untuk menyambut perhitungan perputaran tahun Saka saat satuan dan puluhan mulai menjadi angka satu. 


Menurut Rudra Tattwa, Upacara yang kenal juga dengan nama Eka Dasa Ludra ini, dilaksanakan dengan tujuan agar Alam Semesta (Bhuana Agung) dan Manusia (Bhuana Alit) mengalami keharmonisan.


Pada upacara Eka Dasa Rudra, yang puja adalah Tuhan dalam Bentuk Saguna Brahman atau kekuasaan Tuhan yang tidak terbatas dan meresapi segala ciptaanNya. Perayaan Upacara ini dilaksanakan di Pura Agung Besakih dan merupakan salah satu bentuk penerapan dari ajaran Tri Gita Karana yaitu menjaga hubungan dengan Tuhan, Alam dan Manusia.


Puncak pertemuan satuan dan puluhan mencapai angka nol (0) disebut Rah Windu Tenggek Windu. Menurut Sejarah dalam catatan Pura Agung Besakih, Upacara Eka Dasa Rudra pernah dilaksanakan pada tahun 1963 yang jatuh pada tanggal 09 Maret 1963 yakni pada Sukra Pon Julungwangi. Pelaksanaan selanjutnya yakni Tahun 1979, tepatnya pada tanggal 28 Maret 1979. Upacara Tawur Agung Eka Dasa Rudra ini jatuh pada Buda Paing Wariga berbeda dengan sebelumnya yakni Sukra Pon Julungwangi.


Menurut catatan Babad Usana Bali Pulina, upacara Tawur Agung Eka Dasa Rudra pertama dilaksanakan pada masa pemerintahan Sri Jaya Pangus setelah ayahnya meninggal yakni Sri Jaya Kasunu.


Rangkaian Pelaksanaan Upacara Eka Dasa Rudra


Upacara Eka Dasa Rudra hampir sama dengan upacara Umat Hindu Lainnya. Yakni tetap melihat pedoman sastra dan kajian para Sulinggih terhadap tata laksana yadnya. Upacara ini dilaksanakan dengan memulai Matur Piuning yaitu Upacara yang dilaksanakan agar kegiatan yang dilaksanakan mendapatkan, kelancaran, keselamatan dan kesuksesan.


Setelah Matur Piuning dilanjutkan dengan Nuwasen Karya yaitu suatu bentuk kesiapan mental, kesucian hati, serta senantiasa menampilkan Tri Kaya Parisudha dalam pikiran, perkataan dan perbuatan yang suci untuk dapat mengawali sebuah upacara yadnya sebagai persembahan suci untuk kerahayauan semua mahluk dan alam ini. Selanjutnya yakni Nuwur Tirtha, Melasti hingga puncak Karya Agung. Setelah itu, dilanjutkan dengan upacara tahunan Bhatara Turun Kabeh pada Purnama Kadasa.


Pada masa-masa penjajahan, upacara ini tidak dapat dilaksanakan, pada saat menjelang pra-letusan gunung Agung ditahun 1963 (dengan status Siaga), atas pertimbangan para tokoh Hindu saat itu, Presiden Soekarno menyetujui agar diadakan upacara tawur Eka Dasa Rudra agar keseimbangan jagat dapat kembali dipulihkan. Maka upacara ini dilaksanakan kembali meskipun bersamaan dengan meningkatnya dari status Siaga 1 menjadi status Awas dari kondisi keaktifan terakhir Gunung Agung pada awal tahun 1963 itu. Karena kondisi Gunung Agung yang bisa membahayakan umat, maka beberapa tingkatan ritual dan pelaksanaannya ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan sepenuhnya dan lokasi persembahyanganpun berpindah tempat ke Menanga.


Upacara agung Ekadasa Rudra pada tahun 1963 itu lebih sebagai karya paneregteg atau karya dengan maksud penebusan, yaitu upacara yadnya yang diselenggarakan karena telah cukup lama karya tersebut tak digelar, karena karya yang mestinya diadakan 100 tahun sekali pada saat tahun Saka berakhir 00 atau rah windhu tenggek windhu, sudah cukup lama tidak dilaksanakan.


Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/hindualukta.com/aboutbali.beritabali.com

Foto By : Rangkuman Google

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala