Kisah Perjuangan (Alm) Ida Bagus Mantra Dalam Membangkitkan Pariwisata Dan Budaya Bali

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Ida Bagus Mantra" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Ida Bagus Mantra (lahir di Badung, Bali, 8 Mei 1928 – meninggal 10 Juli 1995 pada umur 67 tahun) adalah Gubernur Bali periode 1978–1988.


Ida Bagus Mantra adalah seorang pedanda (pendeta Hindu) di Gria Kedaton. Suasana spiritual di dalam Gria tersebut membentuk identitas dan jati diri Ida Bagus Mantra kecil tumbuh sebagai pribadi santun yang religius. Dalam perjalanan hidupnya Ida Bagus Mantra, mendalami sastra Timur di AMS (Algemene Middelbare School) Makasar (1947-1949), yang belakang sekali melanjutkan studinya di Visva Bharati University Santiniketan West Bengal, India; perguruan tinggi yang didirikan oleh Rabindranath Tagore.


Gelar masternya diraih tahun 1954 sedangkan gelar doktor beliau sandang pada tahun 1957 dengan desertasi yang berjudul “Hindu Literature and Religion in Indonesia”. Ida Bagus Mantra adalah tokoh di balik berdirinya Fakultas Sastra Udayana Cabang Universitas Airlangga Surabaya yang diresmikan tanggal 29 September 1958.


Fakultas Sastra Udayana tersebut diharapkan menjadi sumber inspirasi dan motivasi di dalam menggali, mengajegkan, dan mempertahankan kebudayaan Bali. Pada tahun 1962-1964 Prof. Dr. Ida Bagus Mantra dinaikkan sebagai Dekan Fakultas Sastra, di samping ikut serta secara giat membidani Universitas Udayana Denpasar. Karenanyalah beliau yang belakang sekali dipercaya menjabat sebagai Rektor Universitas Udayana yang pertama (1964-1968), di mana “Kebudayaan” menjadi ciri utama Pola Ilmiah Pokok pada Universitas Udayana Denpasar.


Berikutnya Ida Bagus Mantra juga menggagas terbentuknya Maha Widya Bhawana Institut Hindu Dharma (IHD) pada tanggal 3 Oktober 1963, yang sekarang menjadi Universitas Hindu Indonesia Denpasar. Di samping itu, Ida Bagus Mantra juga tercatat sebagai malu seorang pendiri Parisadha Hindu Dharma Bali, pada tanggal 23 Pebruari 1959 dalam pertemuan di Fakultas Sastra Udayana, yang adalah cikal bakal dari Parisadha Hindu Dharma Indonesia sebagai lembaga majelis tertinggi umat Hindu di Indonesia.


Menurut Prof Mantra, harga diri orang Bali dapat dibangun dan ditata melalui lima hubungan korelasional antara agama, seni, budaya, bahasa, dan ekonomi yang disebut landasan kebudayaan. Kemudian kebijakan Kebudayaan Bali yang dijiwai oleh nilai-nilai agama Hindu ditetapkan sebagai modal dasar pembangunan daerah Bali. Prof Mantra menerapkan pembangunan daerah Bali dilaksanakan dengan falsafah Tri Hita Karana, yaitu hubungan antara manusia dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha Esa sebagai Sang Pencipta, hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan lingkungannya.


Sebagai implementasi dari falsafah itu diwujudkan dalam pembangunan kantor atau gedung-gedung, yang ditata dengan konsep dan bentuk bernuansa arsitektur Bali. Pada saat itu lah diterapkan juga bangunan gedung-gedung termasuk hotel tidak boleh melebihi ketinggian pohon kelapa.



Selain menjalankan pembangunan di tanah kelahirannya, Ida Bagus Mantra juga merenovasi sejumlah pura. Seperti Pura Besakih dan Pura Pulaki. Mengencangkan lagi kegiatan seni-budaya seperti di era kolonial. Ditambah, Ida Bagus Mantra juga mendirikan Art Center atau Taman Budaya Denpasar, serta sasana budaya di Buleleng dan Gianyar, demi menghidupkan kembali budaya lokal yang saat itu hidup segan mati tak mau.


Ida Bagus Mantra juga belajar dari pariwisata Bali era kolonial. Saat itu, pemerintah kolonial mengenalkan Bali dengan turut memantapkan transportasi laut dari Eropa ke Bali lewat maskapai Royal Package Navigation Company. Maskapai itu biasa membawa ratusan wisatawan Eropa kemudian, menginjakkan kakinya di Bali, tepatnya di Singaraja, Buleleng, Bali Utara, lewat pelabuhan Buleleng sejak 1888. Kemudian pada 1891, Belanda membuat armada antar pulau dengan memiliki 140 kapal di seluruh Asia Tenggara.


Ditambah dengan adanya transportasi laut lintas Pulau Jawa-Australia. Jadilah pada 1914, Pulau Bali mulai ramai wisatawan dari luar Hindia-Belanda. "Waktu beliau kuliah di Shantiniketan, kalau tidak salah beliau dari Makassar langsung ke India. Sudah mendapatkan S-1,S-2,S-3, dia pulang. Dan beliau tahu betul, apa itu pariwisata di cara (masa) kolonial itu seperti apa," cetus sejarawan Sugi Lanus kepada Okezone.


“Art Center dibangun, Catur Muka dibangun, rintisan airport diperbesar. Itu sudah ada wisatawan banyak waktu itu. Mereka lewat laut, banyak dari Surabaya. Penerbangan sepertinya kecil ya. Utara itu paling banyak mendatangkan wisatawan," tambahnya.


Pesta Kesenian Bali pertama kali diselenggarakan 20 Juni 1979, pada waktu itu Gubernur Profesor Doktor Ida Bagus Mantra menyampaikan bahwa,’ “perkembangan seni dan budaya Bali yang menitik beratkan pada pengembangan kehidupan seni dan budaya tradisional, hendaknya jangan bersifat statis. Namun berusahalah untuk selalu berkreasi dengan menggali dan mengembangkan seni-seni tradisional yang ada dan yang terpenting merevitalisasi seni-seni tersebut agar dapat berfungsi dan hidup dalam masyarakat modern”. (kanalbali/ARTI Foundation)


Hingga kini semua jasa-jasa beliau selalu dikenang dan diabadikan, nama beliau juga dijadikan sebagai nama jalan besar yaitu Jln. prof. Ida Bagus Mantra.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/okezone.com/kumparan.com/biayakuliah.unkris.indonesia.com

Foto by : Rangkuman Google

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?