Asal Usul Pura Puja Mandala Yang Menjadi Ciri Khas Toleransi Di Pulau Bali

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Asal Usul Pura Puja Mandala" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.


Keberadaan Puja Mandala bisa dibilang merupakan salah satu bukti tingginya toleransi antar umat beragama di Bali. Cukup luar biasa, mengingat mayoritas penduduk Pulau Dewata menganut agama Hindhu. Di kawasan ini, tempat ibadah lima agama berdiri kokoh dan saling berdampingan. Tak heran jika kawasan ini tak pernah sepi dari kunjungan wisatawan. Banyak yang ingin beribadah di tempat istimewa ini.


Kompleks tempat peribadatan ini mulai dibangun pada tahun 1994 di atas sebuah tanah hibah dari PT. Bali Tourism Development Corporation (BTDC) yang memiliki luas dua hektar. Perusahaan ini merupakan pihak pengelola daerah Nusa Dua yang telah mampu dan berhasil menjadikan Nusa Dua menjadi salah satu dari tujuan wisata di Bali.


Kompleks peribadatan Puja Mandala kemudian disahkan secara resmi pada tahun 1997 oleh Menteri Agama yang menjabat saat itu yaitu Tarmidzi Taher setelah melewati waktu penggarapan selama dua hingga tiga tahun. Ide pembangunan kompleks ini berasal dari Menteri Pariwisata yang saat itu di jabat oleh Joop Ave.

Pada mulanya hal tersebut berawal dari keinginan umat Islam untuk mendirikan sebuah masjid di kawasan Nusa. Kemudian, inisiatif tersebut diterima dengan baik oleh Joop Ave yang kemudian mengusulkan untuk membangun tempat peribadatan lima agama dalam satu kompleks. Kompleks tempat peribadatan ini dibuat sebagai simbol kerukunan antar umat beragama di Bali.

Puja Mandala awalnya dibangun dengan tujuan sebagai fasilitas ibadah bagi wisatawan yang sedang menginap atau berlibur di daerah Nusa Dua. Namun seiring berjalannya waktu, kompleks peribadatan ini dijadikan sebagai salah satu tempat kunjungan utama bagi wisatawan di Nusa Dua.

Masjid Ibnu Batutah memiliki atap tumpang susun layaknya bangunan ala Jawa. Letaknya bersebelahan dengan Gereja Katolik Maria Bunda Segala Bangsa, tempat ibadah yang pertama berdiri di kawasan ini. Selanjutnya ada Gereja Kristen Bukit Doa dengan menara lonceng dan beberapa anak tangga unik.

Vihara Buddha Guna nampak megah dengan ornamen putih dan keemasan. Di bagian depannya terdapat sepasang patung gajah putih. Selanjutnya ada bangunan terakhir yaitu Pura Jagat Natha. Meski di Bali sudah terdapat banyak pura, bangunan ibadah ini masih memiliki daya tarik tersendiri.  

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/raskitatour.com/travelingyuk.com

Foto by : Jejakpiknik.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?