Apakah Arti Dari Punarbhawa (Lahir Kembali) Menurut Ajaran Hindu Yang Sebenarnya ?
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Punarbhawa" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Dalam bahasa Sansekerta reinkarnasi disebut sebagai Punarbhawa. Kata tersebut berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu Punar artinya “lagi”, sedangkan Bhawa artinya “menjelma”. Maka dengan demikian Punarbhawa memiliki arti kelahiran kembali yang berulang-ulang . Punarbhawa atau Samsara adalah bagian keempat dari Panca Sradha sebagai dasar keyakinan Umat Hindu . Pengertian sederhananya adalah, bahwa pada saat seseorang meninggal dunia maka jiwatman (roh) akan melepaskan badan jasmaninya (stula sarira), menuju sorga atau neraka. Untuk meningkatkan kualitas jiwatman maka setelah waktu tertentu jiwatman kembali kedunia melalui proses kelahiran dengan menggunakan badan jasmani yang baru. Proses jiwatman meninggalkan jasmani dalam Agama Hindu disebut stula sarira kemudian lahir kembali menggunakan jasmani yang baru, inilah yang disebut dengan Punarbhawa
Kelahiran kembali dalam ajaran agama Hindu merupakan sesuatu hal yang ditunggu karena berhubungan dengan karmaphala yang kita perbuat di kehidupan masa lalu dan Jiwatman yang masih dipengaruhi oleh kenikmatan, dan kematian akan diikuti oleh kelahiran. Akan tetapi Kelahiran kembali juga harus dihindari karena merupakan penghambat dari tujuan agama Hindu yaitu moksa yang merupakan kelepasan atau kebebasan atma (roh) dari ikatan duniawi dan lepas juga dari putaran Reinkarnasiatau Punarbawa kehidupan, selanjutnya atma (roh) tersebut akan Kembali bersatu dengan Brahman (Tuhan Yang Maha Esa) yang kekal dan abadi.
Kelahiran kembali memiliki hubungan yang erat dengan ajaran Tri Rna yaitu tiga hutang yang harus dibayar sehubungan dengan keberadaan kita. Pertama yaitu Dewa Rna merupakan hutang yang harus dibayar kepada Tuhan Yang Maha Esa yang menyebabkan kita ada di dunia ini. Rna yang kedua yaitu hutang yang harus dibayar manusia kepada leluhur termasuk orang tua kita, karena jasa para Leluhur dan orang Tua kita yang sehubungan dengan kelahiran kita serta perhatiannya semasa hidup. Rna yang ketiga yaitu Hutang yang harus dibayar kepada para Rsi, pendeta, dan para guru lainya atas bimbingannya selama ini dan mendidik manusia untuk belajar kebenaran.
Ketiga hutang tersebut harus dibayar dengan perbuatan-perbuatan yang baik pada kehidupan sekarang ini. Contohnya perbutan sederhana yang harus dilakukan untuk membayar hutang tersebut yaitu yang pertama hutang kepada Tuhan, dilakukan dengan cara rajin sembahyang dan saling menghormati, saling menyayangi sesama mahluk ciptaan Tuhan. Hutang kepada para leluhur yaitu dengan jalan menghormati dan selalu mengingat leluhur kita dimanapun kita berada dan apapun yang kita kerjakan serta dengan menghormati dan menyayangi kedua orang tua kita. Hutang yang ketiga yaitu hutang kepada para Rsi atau para guru dengan cara menghormati dan melaksanakan ajaran-ajaran serta tugas-tugas yang mereka berikan dengan baik dan penuh rasa tanggung jawab.
𝗦𝗘𝗥𝗜 𝗧𝗔𝗧𝗪𝗔 116
Setiap aksi menimbulkan reaksi. Ini merupakan hukum alam. Yang lahir harus mati, dan yang telah mati dapat terlahirkan kembali.
jātasya hi dhruvo mrtyur dhruvam janma mrtasya ca tasmād aparihärye'rthe na tvaṁ śocitum arhasi (Bhagavadgita 2:27)
"𝘽𝙖𝙜𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙡𝙖𝙝𝙞𝙧, 𝙠𝙚𝙢𝙖𝙩𝙞𝙖𝙣 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙞𝙨𝙘𝙖𝙮𝙖𝙖𝙣; 𝙗𝙖𝙜𝙞 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙢𝙖𝙩𝙞, 𝙠𝙚𝙡𝙖𝙝𝙞𝙧𝙖𝙣 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙠𝙚𝙣𝙞𝙨𝙘𝙖𝙮𝙖𝙖𝙣. 𝙎𝙚𝙗𝙖𝙗 𝙞𝙩𝙪, 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙖𝙣𝙡𝙖𝙝 𝙗𝙚𝙧𝙨𝙚𝙙𝙞𝙝 𝙝𝙖𝙩𝙞, 𝙢𝙚𝙣𝙖𝙣𝙜𝙞𝙨𝙞 𝙨𝙚𝙨𝙪𝙖𝙩𝙪 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙨𝙪𝙙𝙖𝙝 𝙥𝙖𝙨𝙩𝙞 𝙩𝙚𝙧𝙟𝙖𝙙𝙞"
Sejak hari kelahiran, proses kematian sudah mulai berjalan. Setiap hari kita mati sedikit demi sedikit, sampai akhirnya proses kematian pun berhenti. Saat berhentinya proses kematian adalah saat Jiwa sudah meninggalkan badan. Namun, alam tidak pernah berhenti. Kehidupan tidak pernah berhenti. Proses daur ulang berjalan terus. Kita tidak dapat menentang hukum ini
Boleh saja, hari ini karena keterbatasan wawasan, kita menolak suatu hukum, suatu kebenaran, namun sampai kapan ? Sampai kapan kita dapat menolak seorang Galileo? Toh, akhirnya kita harus mengakui bahwa dunia ini bulat adanya, walaupun saat ini sedang tren dan marak muncul kaum bumi datar. Sekadar untuk kita ingat : begitu kita sadar bahwa kelahiran dan kematian tidak saling bertentangan dan bahwa kehidupan merupakan suatu keutuhan yang terdiri dari kedua sisi yang "hanya terlihat" saling bertentangan, hidup kita pun menjadi jauh lebih nyaman dan lebih nikmat
Dapat disimpulkan bahwa keyakinan dengan adanya Punarbhawa ini maka orang harus sadar, bahwa bagaimana kelahirannya tergantung dari karma wasananya. Kalau ia membawa karma yang baik, lahirlah ia menjadi orang berbahagia, berbadan sehat dan berhasil cita-citanya. Sebaliknya bila orang membawa karma yang buruk, ia akan lahir menjadi orang yang menderita. Oleh karena itu kelahiran kembali ini adalah kesempatan untuk memperbaiki diri untuk meningkat ke taraf yang lebih tinggi.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/kb.alitmd.com
Foto By : Tribunbalinews.com
Comments
Post a Comment