"Aku Adalah Kamu Begitu Juga Sebaliknya" Konsep Tat Twam Asi Dalam Cerita Itihasa

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Tat Twam Asi" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Tat Twam Asi adalah ajaran moral yang bernafaskan Agama Hindu. Tat Twam Asi adalah ajaran filsafat Hindu yang mengajarkan tentang kesusilaan yang tanpa batas. Ajaran Tat Twan Asi mengajarkan kita bahwa, “Ia adalah kamu, saya adalah kamu dan semua makhluk adalah sama.” Ajaran Tat Twam Asi menuntun kita memiliki jiwa sosial dan memiliki keinginan untuk menolong orang lain, karena menolong orang lain sama dengan menolong diri sendiri. Menyakiti orang lain berarti pula menyakiti diri sendiri. Tat Twam Asi berasal dari kata Tat, artinya ia, Twam artinya kamu, dan Asi artinya adalah. Jadi kata Tat Twam Asi artinya” ia adalah kamu”, (Sumarni dan Raharjo, 2015:20).

Sebagai makluk individu yang memiliki keterbatasan, sangatlah berat untuk memenuhi segala kebutuhan hidupnya yang dimotivasi oleh keinginan (kama) manusia itu sendiri. Disinilah manusia itu perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan. Dengan mengenal dan memahami ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup dan kehidupan di dunia ini.

Disinilah manusia perlu mengenal dan melaksanakan rasa kebersamaan, sehingga seberapa berat apa pun masalah yang dihadapinya akan terasa ringan, dengan memahami dan mengamalkan ajaran Tat Twam Asi, manusia akan dapat merasakan berat dan ringan hidup kehidupan ini. Berat dan ringan Rwabhineda itu ada dan selalu berdampingan adanya, serta sulit dipisahkan keberadaanya, oleh karena itu dalam hidup ini kita hendaknya selalu tolong menolong, merasa senasib dan sepenanggungan.

Misalnya, bila masyarakat kita tertimpa musibah, seperti di Bali ditimpa bencana Bom, sebagai akibat dari bencana itu bukan hanya dirasakan oleh masyarakat Bali sendiri, melainkan juga dirasakan oleh masyarakat Indonesia, bahkan masyarakat duniapun juga ikut terkena biasnya. Bila seorang anak mendapat halangan /kecelakaan sehingga merasa sedih, rasa sedih yang diderita oleh anak itu juga dirasakan oleh orang tuanya. Demikian juga yang lainnya akan selalu dirasakan secara kebersamaan /sosial oleh masing-masing individu dalam masyarakat.

Jiwa sosial ini seharusnya diresapi dengan sinar-sinar kesusilaan tuntunan Tuhan. Sebagai landasan/pedoman guna membina hubungan yang selaras, maka kita mengenal, dan mengamalkan ajaran moralitas itu dengan sungguh-sungguh sebagai berikut:

1. Kelakuan yang sesuai dengan ukuran-ukuran/norma-norma masyarakat yang timbul dari hatinya sendiri (bukan paksaan dari luar).

2. Rasa tanggung jawab atas tindakannya itu.

3. Lebih mendahulukan kepentingkan umum dari pada kepentingan pribadi.

Sastra-sastra agama adalah sumber atau dasar dari tata susila (ethika) yang bersifat kokoh dan kekal, ibarat landasan dari suatu bangunan dimana bangunan itu harus didirikan. Jika landasannya itu tidak kuat/kokoh, maka bangunan itu akan mudah roboh dengan sendirinya.

Semua makhluk berasal dari sumber yang sama. Kita membantu orang lain? Sesungguhnya kita sedang membantu diri kita sendiri, walaupun dalam wujud badan kasar yang berbeda. Apakah kita merasa sakit jika ada orang lain yang menyakiti kita? Pastinya. Maka sesungguhnya jika kita menyakiti orang lain, kita sedang menyakiti diri kita sendiri. Alam pun demikian. Jika kita merusak alam/lingkungan, sesungguhnya kita juga sedang merusak diri kita sendiri.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/mutiarahindu.com/dharmadana.id/medium.com

Foto by : Arjunadigital.com

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?