Setiap Sembahyang Nunas Bija Dan Tirtha, Taukah Semeton Maknanya ?

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Makna Bija Dan Tirtha" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Setiap hari raya agama hindu, umat hindu pasti melakukan persembahyangan di pura. Kita semua sudah mengetahui di akhir persembahyangan umat hindu akan dibagikan tirta dan bija. Namun fakta menunjukan bahwa sebagian besar umat hindu belum memahami makna dari tirta dan bija tersebut. Banyak orang yang pasti bertanya-tanya kalau nunas bija berapa sebaiknya dan dimana sebenarnya meletakan bija yang baik dalam sembahyang sesuai dengan aturan tatva, karena banyak cara dan bagaimana yang paling benar ? pertanyaan ini sangat baik sekali. mengandung filosofis tetapi juga praktis. Hal -hal seperti ini memang baik ditanyakan karena manfaatnya besar dalam kehidupan sehari-hari. 

Wija atau bija adalah lambang Kumara, yaitu putra atau wija Bhatara Siwa. Pada hakekatnya yang dimaksud dengan Kumara adalah benih ke-Siwa-an/Kedewataan yang bersemayam dalam diri setiap orang. Mawija mengandung makna menumbuh- kembangkan benih ke-Siwa-an itu dalam diri seseorang. Sehingga disarankan agar dapat menggunakan beras galih yaitu beras yang utuh, tidak patah (aksata). Alasan ilmiahnya adalah beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh. Jadi makna dari penggunaan Bija dalam persembahyangan ialah untuk menumbuh kembangkan sifat Kedewataan/ Ke-Siwa-aan / sifat Tuhan dalam diri. Seperti yang disebutkan dalam Upanisad bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu tidak berada di surga atau di dunia tertinggi melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.

Bija sebaiknya dari beras yang utuh, tidak pecah atau terpotong. alasan ilmiahnya, beras yang pecah atau terpotong tidak akan bisa tumbuh. Nunas bija dimaksudkan untuk menanam dan menumbuhkan sifat kedewataan dalam setiap orang. Tempat menanamnya juga tidak sembarangan. Idaratnya menanam biji jagung di atas batu atau tanah gersang sulit sekali tumbuh. Oleh karena itu, tempat menaruh bija di badan manusia ada aturannya. Di dalam tubuh atau didaerah tertentu yang peka terhadap rangsangan atau sentuhan dari luar. 

Contoh rangsangan suara, daun dan lubang telingalah yang paling peka menerimanya. Kulit adalah untuk menerimah sentuhan. Lalu kalau bija dimana sebaiknya ditaruh agar mudah tumbuh dan berkembang sifat kedewataan kita ? 

Ada lima titik peka untuk menerima rangsangan kedewataan yang disebut Panca Adisesa yakni titik-titik berikut ini 

1. Di pusar yang disebut titik manipura cakra.

2. Di hulu hati (padma hrdaya) zat ketuhanan diyakini paling terkonsentrasi di dalam bagian padma hrdaya ini (hati berbentuk bunga tunjung atau padma). Titik kedewataan ni disebut Hana hatta cakra.

3. Di leher, diluar kerongkongan atau tenggorokan yang disebut wisuda cakra.

4. Di dalam mulut atau langit-langit.

5. Di antara dua alis mata yang disebut anjacakra.sebenarnya letaknya yang lebih tepat, sedikit diatas, diantara dua alis mata itu.

Tirta berasal dari bahasa Sansekerta Tirtha yang artinya kesucian atau setitik air, air suci, atau bersuci dengan air. Dalam persembahyangan umat Hindu, air merupakan sarana penting. Dalam seluruh proses persembahyangan umat Hindu, pasti melibatkan air.

Pemercikan tirtha dilakukan berulang kali, ada yang sebelum persembahyangan dimulai, dan ada juga yang diberikan setelah persembahyangan. Pemercikan tirtha berfungsi untuk membersihkan diri, baik dari hal-hal menggangu yang terlihat dan tidak terlihat (seperti pikiran negatif, cemas, takut).

Dilihat dari cara memperolehnya, tirta dapat dibedakan menjadi dua macam. Ada pun kedua macam tirta tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tirta atau air suci yang dibuat sendiri oleh Pandita atau Sulinggih

2. Tirta atau air suci yang diperoleh melalui memohon oleh pemangku/ dalang/ balian atau Sang Yajmana.

Jika kita perhatikan dalam kaitanya dengan Panca Yajna, maka jenis-jenis tirta dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:

1. Tirta pembersihan yaitu air suci yang digunakan untuk mensucikan atau membersikan sarana (bebanten) upakara dan diri manusia sebelum melakukan persembahyangan. Pada umumnya di pura-pura tirtah pembersihan diletakkan di depan pintu masuk atau di dekat tempat dupa dan sentang.

2. Tirta pengelukatan yaitu air suci yang fungsinya digunakan pada penglukatan atau pensucian alat upacara, bangunan atau diri manusia. Selain itu tirtha ini, biasanya dipergunakan untuk mensucikan canang dan banten dengan cara percikan tiga kali. Tirta ini pada umumnya di dapat dari para pandita dan telah di pasupati.

3. Tirta Wangsuhpada juga disebut dengan banyun cokor atau kekuluh yaitu jenis tirta yang digunakan pada akhir persembahyangan. Tirta ini sebagai simbol sembah dan bhakti kita kepada Tuhan agar diberikan anugra berupa air suci kebahagian.

4. Tirta Pemanah yaitu yaitu jenis tirta yang digunakan pada saat memandikan jenazah. Tirta ini diperoleh dari air suci pada saat upakara Ngening.

5. Tirta Penembak yaitu jenis tirta air suci yang digunakan saat memandikan jenazah yang maknanya mensucikan badan jenazah secara lahir dan batin.

6. Tirta Pengentas yaitu tirta yang fungsinya untuk memutuskan hubungan roh orang yang meninggal dengan badannya agar cepat melupakan keduniawian. Tirta ini merupakan penentu utama berhasilnya suatu upacara ngaben. Tirta Pengentas pada umumnya dibuat oleh sulinggih.

Kalau dilihat dari penggunaannya pada persembahyangan agama Hindu sehari-hari, tirta dapat dibedakan menjadi tiga jenis diantanya:

1. Tirtha Kundalini yaitu tirta yang dipercikan ke badan sebanyak tiga kali ketika persembahyangan.

2. Tirtha Kamandalu yaitu tirta yang diminum.

3. Tirtha Pawitra Jati yaitu tirta yang diraup ke muka atau kepala sebanyak tiga kali.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/bobo-grid-id-cdn/lenteradharma.blogspot.com/mutiarahindu.com/dharmadana.id

Foto by : Rangkuman Google

#pesona_taksubali


Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Inilah Sosok Penemu Tari Gopala Yang Merupakan Penggambaran Aktivitas Pengembala