Semua yang lahir, tumbuh, berkembang dan pada akhirnya akan mati (Hukum RTA)

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Hukum RTA" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Dalam agama Hindu setelah percaya akan adanya Tuhan (Satya Sat) adalah kepercayaan akan adanya hukum yang ditentukan oleh Tuhan. Hukum itu semacam sifat dari kekuasaan Tuhan yang diperlihatkan dengan bentuk yang dapat dilihat dan dialami oleh manusia. Bentuk hukum Tuhan yang murni disebut RTA. Bentuk hukum Rta itu adalah hukum murni yang bersifat absolut transcendental. Bentuk hukumnya disebut Dharma. Hukum agama yang disebut Dharma ini bersifat relative karena selalu dikaitkan dengan pengalaman manusia dan karena itu dharma bersifat mengatur tingkah laku manusia untuk mencapai kebahagiaan di dalam hidup. 

Panca berarti ”lima” dan Sraddha berarti ”keyakinan suci”. Panca Sraddha adalah lima keyakinan inti atau pondasi yang paling mendasar dari Agama Hindu. Keyakinan ini merupakan prinsip dasar yang harus dipegang teguh oleh setiap penganut Hindu. Diantaranya yaitu :

1. Percaya terhadap adanya Brahman (Tuhan).

2. Percaya terhadap adanya Hukum Karma

3. Percaya terhadap adanya Hukum Rta.

4. Percaya terhadap adanya Punarbhawa / Samsara (Reinkarnasi)

5. Percaya terhadap adanya Moksha (Pembebasan Sempurna).

Rta adalah hukum Tuhan yang bersifat abadi dalam hubungan manusia dan alam semesta ini yang dimaksudkan apa yang ada pada alam semesta ini yang merupakan bhuwana agung itu sendiri, juga ada pada manusia, sehingga hukum-hukum yang berlaku pada alam semesta ini juga yang berlaku pada manusia.


Demikian dijelaskan sebagaimana yang dimaksudkan dalam sebuah Tantra yang menjadi pedoman dalam sraddha untuk keseimbangan hidup sebagai hukum Tuhan yang Bersifat abadi. Maka dari itu, pentingnya keseimbangan hidup di alam semesta ini menurut MindMeister dalam upaya-upaya penyeimbang hubungan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit ini dapat dilakukan dengan berbagi cara seperti halnya :

• Melaksanakan upacara Bhuta Yadnya. Melaksanakan pecaruan yang bermakna untuk mengkomunikasikan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.

• Melaksanakan upacara Tumpek Pengatag yang bermakna sebagai pernyataan rasa terima kasih atas keseimbangan diciptakannya tumbuh-tumbuhan sebagai wujud penyeimbang Bhuwana Agung dan Bhuwana alit.

• Melaksanakan upacara Tumpek Kandang yang bermakna sebagai pernyatan rasa terima kasih atas keseimbangan diciptakannya hewan/binatang yang merupakan pelengkap dari keseimbangan Bhuwana Agung dan Bhuwana Alit.


Manusia juga merupakan bagian dari alam, maka secara langsung mereka juga dibelenggu oleh hukum alam. Hukum alam ini kemudian menurut Darwin, dalam hukum struggle for live nya, memaparkan bahwa siapa yang kuat (bertahan) survival dialah yang akan menang, dan bertahan. Disini sering kita sebut dengan proses seleksi alam.


Dalam Kitab Sarasamuscaya sloka 4 dikatakan :

Menjelma menjadi manusia itu adalah sungguh-sungguh utama; sebabnya demikian, karena ia dapat menolong dirinya dari keadaan sengsara ( lahir dan mati berulang-ulang ) dengan jalan berbuat baik; demikianlah keuntungannya dapat menjelma menjadi manusia.

Dari sloka di atas ada dua point yang dapat kita petik penekannya yaitu :

 Untuk berbuat baik kesempatan yang paling luas adalah bila menjelma menjadi manusia.

 Berbuat baik (Subha karma) adalah cara untuk melepaskan diri dari keadaan samsara (punarbhawa). Jadi bila manusia semasa hidupnya banyak berbuat baik maka kelahiran berikutnya akan meningkat kualitasnya.

Demikian juga bila semasa hidupnya banyak berbuat dosa maka tingakatan hidupnya akan menurun sesuai dengan karma yang telah dibuatnya

Berbakti pada Tuhan harus didayagunakan untuk memotivasi diri masing-masing untuk memperlakukan alam dan manusia menurut hukum rta dan dharma.

Tuhan telah menciptakan alam dengan hukum rta-nya. Sepanjang manusia tidak merusak dinamika hukum rta itu maka alam akan senantiasa lestari dan selalu menyediakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di bumi ini. Demikian juga sesama manusia wajib hidup untuk saling beryadnya sesuai dengan swadharma masing-masing.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/sejarahharirayahindu.blogspot.com/nucaparadise.wordpress.com/pasraman.com

Foto by : Google.com

#pesona_taksubali


Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?