Sejarah Dibalik Sakralnya "Tarian Sang Hyang Jaran"
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Sejarah Tarian Sang Hyang Jaran" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Tari Sanghyang Jaran adalah tarian tradisional yang ditampilkan oleh seorang pria atau seorang pemangku yang mengendarai sebuah kuda-kudaan yang terbuat dari pelepah daun kelapa. Penarinya kerasukan roh kuda tunggangan dewata dari kahyangan, diiringi dengan nyanyian paduan suara yang melagukan Gending Sanghyang, berkeliling sambil memejamkan mata, berjalan dan berlari-kecil dengan kaki telanjang, menginjak-injak bara api batok kelapa yang dihamparkan di tengah arena.
Tari ini diselenggarakan pada saat-saat prihatin, misalnya terjadi wabah penyakit atau kejadian lain yang meresahkan masyarakat, dan terdapat di daerah Denpasar, Badung, Gianyar dan Bangli.
Berdasarkan sumber lontar di Desa Pakraman Jungut Batu, Pulau Lembongan, tarian sang hyang jaran telah ada sejak tahun 1894 masehi. Ketika itu, Kepulauan Nusa Penida termasuk Pulau Lembongan dikenal sebagai lokasi untuk menampung orang-orang terbuang di setiap kerajaan di Bali.
Dikisahkan, Ida Pedanda Gede Punia yang berasal dari Bangli tidak diharapkan di tanah kelahirannya di Bangli. Oleh raja Bangli ketika itu, ia dibuang ke Pulau Nusa Penida.
"Setiba di Nusa Penida, Ida Pedande Gede Punia ini ternyata tidak diterima di Pulau Nusa Gede (Penida). Ia lalu berlayar hingga ke Pulau Lembongan," ujar Ketua penari Sang Hyang Jaran Desa Jungutbatu, Guru Mirah Maharani.
Jero Mekel di Desa Lembongan ketika itu, I Komang Jungut menerima baik kehadiran orang suci asal Bangli tersebut. Lambat laun, Ida Pedanda Gede Punia diterima dan menjadi panutan masyarakat setempat. Ida Pedanda Gede Punia lalu mengembangkan kesenian sakral tari Sang Hyang Jaran ini di Nusa Lembongan.
Tarian ini pun semakin berkembang, setelah I Komang Jungut menghadap ke Kerajaan Klungkung untuk membentuk Desa Jungutbatu.
"Tarian ini sebenarnya berasal dari Bangli dan dikembangkan di Nusa Lembongan oleh Ida Pedanda Gede Punia," jelas Guru Mirah.
Tarian Sang Hyang Jaran di Nusa Lembongan agak berbeda dari tarian serupa di wilayah lainnya di Bali. Tidak menggunakan gamelan yang dinamis seperti tari Bali pada umumnya. Penari pun menari diiringi oleh kidung. Semakin cepat kidung dialunkan, semakin cepat pula gerakan para penari.
Tiga Tahap Penyelenggaraan Tarian Sanghyang :
1. Nusdus : Upacara penyucian medium dengan asap/api.
2. Masolah : Penari yang sudah kemasukan roh mulai menari.
3. Ngalinggihang : Mengembalikan kesadaran medium dan melepas roh yang memasuki dirinya untuk kembali ke asalnya.
Di kepulauan ini, setidaknya terdapat 23 jenis tarian Sang Hyang.
Selain Sang Hyang Jaran di Pakraman Jungut Batu, ada pula Sang Hyang Sampat, Sang Hyang Bumbung, Sang Hyang Penyalin, Sang Hyang Lingga, Sang Hyang Joged, Sang Hyang Dukuh Ngaba Cicing, Sang Hyang Dukuh Masang Bubu, Sang Hyang Sampi, Sang Hyang Bangu-Bangu, Sang Hyang Kebo, Sang Hyang Tiling-Tiling, Sang Hyang Enjo-Enjo, Sang Hyang Manjangan, Sang Hyang Tutut, Sang Hyang Jangolan Dukuh Ngaba Penyu, Sang Hyang Barong, Sang Hyang Kelor, Sang Hyang Capah, Sang Hyang Perahu, Sang Hyang Sumbul, Sang Hyang Payung & Sang Hyang Bunga.
Perkembangan pariwisata di Pakraman Jungut Batu juga kini sangat berkembang. Wisatawan setiap harinya selalu memadati wilayah Jungut Batu untuk menikmati wisata bahari.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/bali-idntimes-com.pdn/tribunbalinews.com/negerikuIndonesia.com/wikipedia.org
Foto by : Baliexpress.jawapos
Comments
Post a Comment