Menurut Semeton Masih Efektifkah Nerang Hujan di Jaman Sekarang ?

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Nerang Hujan" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Dibali secara umum, ritual ini bukanlah sesuatu yang baru. dan bila anda krama bali ingin melakukan "nerang hujan" tanpa bantuan balian atau pawang hujan, bisa-bisa saja, asalkan memiliki keyakinan kuat terhadap sesuhunan yang dimohonkan dalam hal tersebut. tempat yang biasanya digunakan untuk nerang hujan tergantung kegiatan yang dilaksanakan. misalnya kalau acaranya di rumah, cukup nunas penerangan hujan di sanggah kemulan atau pangijeng karang.

Bila acaranya menyangkut 2 rumah atau lebih, dimungkinkan nunas panerangan di pura banjar, di palinggih bhagawan penyarikan. Tetapi bila kegiatan melibatkan warga antar banjar, baiknya nunas penerangan di pura khayangan tiga. Sebenarnya, sebagian besar perempuan bali, terutama para istri penyelenggara karya yadnya, yang selalu memikirkan kelangsungan yadnya yang diselenggarakan, sudah mengetahui upakara banten nerang ini, hanya saja mereka terkadang menyediakan saja bantennya, ditaruh di sanggah kemulan atau salah satu pelinggih dipura yang diyakini, kemudian menyerakan tugas selanjutnya kepada para suami untuk ngayab banten upakara nerang ini, tetapi terkadang bagi para suami yang kurang percaya diri, biasanya menyerahkan banten ini kepada pemangku untuk ngayab bantennya. 

Adapun mantra-mantranya yakni Om Sang Kalacakra-gni-indra, Am panukupan gumi Wetan, ide, Om Sang Brugada, Am panukupan gumi kidul, idep, Om Sang Kala-laki, panukupan gumi kulon, idep, Om Sang Kala-gni-braja, panukupan Lor, Idep, Am Ah panukupan gumi panggawa sakti aheng, angadeg aku ring tengah, atapakan aku kilaplalim, amanoa-warna, apayung aku gni makobaran, AH OH UM, dadya metu mega amancan-warna, ring wetan, Kidul, Kulon, Elor, aprabawa kilap/tatit, krug krebek, ambekta in situbanda, makerak Sanghyang Saktiaheng, sapa anuduh kita, sapa angreka kita, mulih kita ring kamulamu, apan aku gurumu, aku angreka kit, Om Ah.

Mantra tersebut digunakan untuk menghadirkan kilap atau petir saat terjadi pergesekan antar balian terang. Adapun sarana-sarana yang digunakan adalah payuk anyar merajah. Dalam payuk itu terdapat tumpeng merah yang ujungnya diisi dengan bunga kembang sepatu berwarna merah (pucuk rejuna). Berisi ayam putih yang dipanggang, pemujaannya dilakukan dengan posisi Vrishasana.

Adapaun rincian untuk banten upakara dalam rangkan melakukan ritual nerang hujan diantaranya :

Sambe Layar untuk Nerang Hujan, Santun sarad Suci, Tipat kelanan, Pengambyan, Tebasan, Soroan alit, Segehan kepelan bang, penastan : arak, berem, air

dupa 11 batang. Disamping itu, untuk memperkuat sarana diatas diperlukan sarana tambahan berupa sembe layar. Pemangku lain dapat menggunakan sarana seikat dupa menyala dan nyuh gading merajah Triaksara. Bila diperhatikan, tiada mantra khusus yang dijalankan waktu menghaturkan banten panerangan hujan diatas. umumnya isi doa saa para pemangku hanya memohon karya yadnya berjalan lancar, dan selama karya dimohonkan agar bhatara yang dihaturkan banten nerang hujan mengawasi, agar tidak turun hujan (nyelang galah). mantra yang sangat simple tetapi sangat religius.

Bila semeton bali memiliki bekal spiritual, ritual nerang hujan bisa dilakukan tanpa harus repot-repot menggunakan upakara banten, cukup dengan kekuatan batin (midep) memohon langsung kepada dewa-dewa yang berkaitan dengan proses terjadinya hujan. adapun dewa-dewa tersebut diantaranya:

1. Dewa Surya, sebagai saksi kegiatan kita, selaku dewa tertinggi dalam ritual Hindu Bali.

2. Wulan-lintang-tranggana, merupakan saksi kegiaan, wakil dewa surya disaat malam hari.

3. Dewa Agni, merupakan dewa yang memberikan anugrah kekuatan panasnya api, yang dapat menguapkan setiap embun disekitar kita.

4. Dewa Indra, merupakan dewa hujan, hanya seijinnyalah hujan dapat terhenti.

5. Dewa Bayu, merupakan dewa angin, yang membantu dalam proses menggeser embun yang telah teruap oleh panasnya jnana (idep).


adapun aturan umun untuk melaksanakan nerang hujan diantaranya:

1. pahamilah, hujan merupakan ciri restu tuhan melalui para dewa dan leluhur kita, memberikan kesuburan dan panglukatan, jadi sangat tidak elok kalau kita nerang pada saat melakukan yadnya pecaruan atau sedang ngaturan piodalan, atau saat nunas panglukatan.

2. pahami pula area dan dimana saja yang memerlukan perlindungan dari hujan (nerang hujan), karena kita tidak boleh nyengker desa hanya demi keinginan pribadi, ingatlah hujan merupakan sumber air yang sangat diperlukan oleh tumbuh-tumbuhan dan para petani.

3. sehubungan dengan point 2 diatas, waktu nerang hujan juga diperhatikan, janganlah nerang sepanjang hari, karena situasi pada saat nerang hujan, baik suhu serta keadaan akan menjadi penat, panas dengan minim hembusan angin, sehingga akan mengganggu kenyamanan lingkungan serta tetangga.

4. pahami ciri-ciri petir, jangan sampai dewa hyang yang sedang melancaran, kita melakukan ritual nerang hujan maka akan berakibat kurang baik kedepannya untuk diri yang melakukan ritual dan orang yang memanfaatkan ritual nerang hujan tersebut.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/cakepane.com/today.line.me.org

Foto by : Tribun bali news

#pesona_taksubali

Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?