Makna Dibalik Rahinan "Pemacekan Agung" Untuk Penetralisir Sang Kala Tiga
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Pemacekan Agung Penetralisir Sang Kala Tiga" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Lima hari setelah Hari Raya Galungan atau lima hari sebelum Hari Raya Kuningan disebut dengan Pemacekan Agung. Pemacekan Agung diperingati setiap Soma (Senin) Kliwon wuku Kuningan yang pada kesempatan ini jatuh pada Senin
Saat Pemacekan Agung ini merupakan pemujaan terhadap Sang Hyang Widi dengan manifestasinya sebagai Sang Hyang Parameswara dengan jalan menghaturkan upakara untuk memohon keselamatan. Dalam Lontar Sundarigama terkait Pemacekan Agung ini disebutkan:
"Soma Kliwon, pemancekan agung ngaran, masegeh agung ring dengen, mesambleh ayam samalulung, pakenania. Ngunduraken sarwa buta kabeh"
Artinya yaitu:
Soma Kliwon (Kuningan) disebut dengan Pemacekan Agung. Pada sore harinya, umat Hindu patut mempersembahkan segehan agung di depan pintu keluar rumah yang dilengkapi sambleh ayam semalulung yang disuguhkan kepada Sang Bhuta Galungan beserta pengiringnya agar kembali ke tempatnya
Sang Kala Tiga ialah Sang Bhuta Galungan, Sang Bhuta Dungulan, dan Sang Bhuta Amangkurat. Mereka adalah simbul angkara (tidak suci). Jadi, dalam rangkaian Hari Raya Galungan, umat berperang, bukanlah melawan musuh berbentuk fisik, tetapi kala keletehan dan adharma. Berjuang, berperang antara dharma untuk mengalahkan adharma.
Datangnya Sang Kala Tiga
Tiga kekuatan buruk yang datang saat rangkaian Galungan akan mengganggu secara bergantian.
1. Hari pertama = Sang Bhuta Galungan.
Galungan berarti berperang/ bertempur. Berdasarkan ini, boleh kita artikan bahwa pada hari Minggu (tiga hari sebelum Galungan) kita baru kedatangan bhuta (kala) yang menyerang (kita baru sekedar diserang)
2. Hari kedua = Sang Bhuta Dungulan.
Ia mengunjungi kita pada hari Senin Dungulan keesokan harinya. Kata Dungulan berarti menundukkan/ mengalahkan
3. Hari ketiga = Sang Bhuta Amangkurat
Hari Anggara Wage Dungulan kita dijelang oleh Sang Bhuta Amangkurat. Amangkurat sama dengan menguasai dunia. Dimaksudkan menguasai dunia besar (Bhuwana Agung), dan dunia kecil ialah badan kita sendiri (Bhuwana Alit).
Selain itu di dalam teks lontar Dharma Kahuripan disebutkan :
"Pamacekan Agung nga, panincepan ikang angga sarira maka sadhanang tapasya ring Sanghyang Dharma"
Ini berarti Pemacekan Agung juga merupakan pemusatan diri dengan sarana tapa kepada Sang Hyang Dharma. Dengan menghaturkan yadnya untuk memohon keselamatan. Sore hari (sandikala) menghaturkan segehan di halaman rumah dan di muka pintu pekarangan rumah yang ditujukan kepada Sang Kala Tiga Galungan beserta pengiringnya agar kembali dan memberi keselamatan.
Sebagai perwujudan untuk melepaskan kekuatan dari Sang Kala Tiga yang tidak lain adalah sifat-sifat kala menjadi kekuatan Sanghyang Tiga Wisesa.
Di sini, Sang Kala Tiga adalah Bhuta Galungan yang menggoda umat Hindu menjelang perayaan Galungan.
Dimana seminggu sebelum hari raya Galungan sampai 35 hari setelah perayaan Galungan, dalam kepercayaan masyarakat Bali terdapat rentang waktu khusus dimana masyarakat tidak melangsungkan upacara-upacara besar, khususnya acara yang bersifat terencana seperti perkawinan, nyekah, ngaben, dan acara-acara lainnya. Rentang waktu tersebut sering dikenal sebagai istilah Nguncal Balung, tradisi pantangan galungan - kuningan untuk tidak mengadakan upacara-upacara besar dalam menjaga nilai-nilai tradisional yang sudah ada.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/Tribunnews.com/bobo.grid.id/sejarahharirayahindu.com
Foto by : sydney.edu
Comments
Post a Comment