Konsep Rwa Bhineda "Memahami Makna Suka Dan Duka"
Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Rwa Bhineda" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.
Salah satu konsep dari filosofi Bali yang menarik dan penuh misteri adalah Rwa Bhineda. Konsep ini boleh diterjemahankan sebagai dualisme, Rwa Bhineda bermakna bahwa kehidupan tergantung pada keseimbangan antara dua unsur yang berlawanan. Unsur-unsur ini tidak perlu dinilai baik atau jelek, dan tidak ada maksud bahwa satu akan mengalahkan yang lain. Konsep Rwa Bhineda tidak mengharapkan bahwa kita akan mencapai kesempurnaan. Tujuan konsep ini adalah keseimbangan di antara semua aspek dalam seorang, sampai seluas alam semesta. Rwa Bhineda mengambarkan hidup yang seadanya, tidak yang seharusnya.
Rwa Bhineda artinya dua hal yang berbeda atau berlawanan. Hal ini ada disebutkan dalam kitab Ramayana sebagai di bawah ini
Pasang putih tulya mala mangeliput. Luput sareng sadu (pasangan atau lawan dari putih yaitu hitam yang bagaikan kegelapan yang meliputi diri manusia tetapi orang bijaksana bebas (luput) dari kegelapan (kebingungan) itu
Kegelapan atau kebingungan itu ada dua macam yaitu gelap pikiran berarti berpikiran tak tenang dan gelap hati berarti berperasaan gelisah. Orang yang kegelapan disebut orang yang dalam keadaan duka. Lawan dari kegelapan itu adalah terang yaitu terang pikiran yang berarti berpikiran tenang dan terang hati berarti berperasaan senang (suka). Biasanya yang disebut rwa bhineda dalam agama Hindu adalah suka duka.
Darimana datangnya suka dan duka itu?
Mengenai asal suka dan duka Bapak Drs. Ketut Wiana pernah menjelaskannya pada harian Bali Post sebagai berikut
Adanya suka dan duka itu karena pengaruh tri guna yaitu sattwam, rajas dan tamas :
1. Kalau guna sattwam bertemu dengan guna rajas maka orang itu akan berbuat baik iapun akan menikmati kesukaan dan akhirnya rohnya masuk surga.
2. Bila guna tamas bertemu dengan guna rajas orang itu akan berbuat yang tak baik (kedukaan yang ditemukan dan atmanya masuk neraka).
3. Kalau guna sattwam bertemu dengan guna rajas dan tamas maka orang itu akan merasakan suka dan duka.
4. Orang yang menjelma ke dunia, suka dan duka itu silih berganti dirasakan¬nya.
Kebingungan yang disebut duka itu tak bisa dihilangkan hanya dengan berdoa saja terhadap Tuhan, selama pikiran itu diselimuti oleh sifat rajas dan tamas. Hal ini disebutkan dalam kitab Arjuna Wiwaha sebagai berikut:
Wyarthekang japa mantra yan kasehimun dening rajas muang tamah
Artinya : Usaha untuk menghilangkan kebingungan itu tidak akan berhasil bila pikiran itu masih diselimuti oleh sifat rajas dan tamas.
Kedua unsur ini masing - masing disebutkan :
Bermula ketika Bhuwana Agung, alam semesta ini diciptakan pertama kali oleh Sang Hyang Widhi Wasa sehingga di alam semesta ini terdapat dua sifat berbeda - beda tersebut dan selalu mewarnai alam ini sebagaimana disebutkan dalam mitologi caru maka diperlukan hal - hal untuk dapat menetralisirnya.
Dua unsur kekuatan berbeda tersebut dalam konsep pura kahyangan rwa bhineda disebutkan berfungsi untuk memotivasikan umat manusia agar mengupayakan kehidupan yang seimbang antara kehidupan mental spiritual dan kehidupan fisik material, dimana Tuhan dipuja sebagai pencipta dua unsur unsur tersebut yaitu unsur purusa dan pradana,
karena semua makhluk hidup tercipta dari dua unsur tersebut.
Demikian halnya dalam dunia Wayang dikenal, 2 (dua) kelompok besar, kanan dan kiri. Golongan Kanan lebih mewakili sifat-sifat kebajikan.
Dari lakon Mahabharata ada para Pandawa dan golongan Yadu sedangkan pada lakon Ramayana meliputi Rama, Laksamana, Hanoman, Sugriwa dkk. Sebaliknya Golongan Kiri disarati sifat-sifat kebhatilan yang diwakili oleh para Kurawa dalam lakon Mahabharata dan Rahwana beserta para Raksasa dalam lakon Ramayana.
Keanekaragaman dan perbedaan tersebut dalam pengetahuan Hindu Dharma dijelaskan bahwa selain terus dapat meningkatkan wiweka dalam diri sendiri
Dan kitapun hendaknya disebutkan wajib dan tidak segan-segan untuk dapat bertata-krama dengan umat lain seperti layaknya kita bersaudara, karena memang kita semua ini bersaudara.
Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.
Via : pesonataksubali.blogspot.com/PHDI.or.id/titianartspace.com/sejarahharirayahindu.com
Foto by : @yande_zetia & titian art space
Comments
Post a Comment