"Kisah Semangat Perjuangan Perang Puputan" Akankah Semangat Tersebut Berkelanjutan Sampai Masa Depan ?

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Semangat Perang Puputan" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Puputan merupakan istilah yang berasal dari bahasa Bali "puput", yang artinya tangga, putus, habis, ataupun mati. Istilah tersebut tak jauh beda kala puputan diterjemahkan dalam bahasa Inggris, yang berarti “conclusion” atau “bringing to the end.”

Intinya, puputan berarti suatu akhir yang betul-betul tuntas sebagai bentuk jalan terhormat yang dipilih Raja Badung ketika berlangsungnya perang. Karenanya, orang Bali mengenal tradisi puputan sebagai bentuk menjaga harga diri raja dan masyarakat Bali. Sebagaimana dijelaskan Joko Darmawan dalam buku Ketika Nusantara Berbicara (2017), orang Bali percaya akan tiga hal tentang puputan.

Perang Puputan bermula dari kesalah pahaman Belanda yang mengira bahwa penduduk desa sekitar Pantai Sanur ingin menjarah muatan kapal pada tahun 1904. Padahal, saat itu kapal berbendera Belanda milik Kwee Tek Tjiang, Sri Kumala sedang dalam kondisi kandas.

Belanda menuntut Raja Badung untuk membayar 3 ribu ringgit, namun ditolak. Penolakan tersebut berujung serangan militer Belanda. Raja Badung meyakini bahwa hal tersebut sebenarnya hanya akal-akalan Belanda untuk melancarkan ekspedisi militer.

Sebelum melakukan aksi militer, Gubernur Jenderal Hindia-Belanda Joannes Benedictus van Heuts telah mengirim surat kepada Menteri Jajahan pada 1905. Surat tersebut menyatakan Raja Badung perlu diberitahu bahwa kekuasaan dan perintah Belanda adalah mutlak hal yang harus dipatuhi.

Pasukan Belanda kemudian melancarkan aksinya pada 1906 dengan mendatangi wilayah kekuasaan Kerajaan Badung. Mereka menghujani bom lewat kapal perang Belanda. Alhasil, istana, puri, dan rumah warga terbakar. Dalam kondisi terdesak, Raja Badung tetap melakukan perlawanan.

Situasi perang semakin tidak mencekam. Tembakan pertama yang diluncurkan oleh Belanda berhasil menewaskan Raja Badung. Insiden tersebut membuat perlawanan rakyat Bali semakin gencar.

Prajurit Bali pun banyak yang terluka setelah mendapat rentetan tembakan yang tanpa henti hingga akhirnya Belanda tampil sebagai pemenang. Perang tersebut berlangsung cukup singkat, hanya dalam waktu 1 jam.

Selain perang raja diatas, dalam pertempuran lain yang sengit pasukan Belanda melawan pasukan Ciung Wanara Ngurah Rai, semua anggota pasukan Ngurah Rai bertekad tidak akan mundur sampai titik darah penghabisan. Di sinilah pasukan Ngurah Rai mengadakan "Puputan" atau perang habis-habisan di Desa Margarana sehingga pasukan yang berjumlah 96 orang itu semuanya gugur, termasuk Ngurah Rai sendiri. Sebaliknya, di pihak Belanda ada lebih kurang 400 orang yang tewas. Untuk mengenang peristiwa tersebut pada tanggal 20 November 1946 dikenal dengan perang puputan margarana, dan kini pada bekas arena pertempuran itu didirikan Tugu Pahlawan Taman Pujaan Bangsa.

Sebagai generasi penerus bangsa sudah seharusnya kita meneruskan semangat para pejuang terdahulu untuk melanjutkan perjuangan mereka. Tentunya dengan cara memelihara dan melestarikan tradisi dan budaya yang telah diwarisi, bukan malah saling mencaci maki yang menimbulkan benih benci dan rasa iri hati.

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : Pesonataksubali.blogspot.com/kumparan.com/voi.id.cdn

Foto by : beritabali.com

#pesona_taksubali

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?