Ini Alasan Orang Bali Menyembah Pohon "Jangan Sampai Salah Paham"

 


Om Swastyastu semeton Pesona Taksu Bali, kali ini kita akan membahas tentang "Alasan Orang Bali Menyembah Pohon" Sebelum itu jangan lupa untuk mengunjungi Instagram kami juga ya @pesona_taksubali.

Dari beberapa sumber sejarah, kepercayaan Hindu masuk ke Indonesia untuk pertama kalinya sekitar abad ke-15 SM. Tetapi sebagian besar warisan Bali berkembang pada saat kerajaan Majapahit berkuasa dibawah pemerintahan Hayam Wuruk. Pada saat itu kerajaan Majapahit mencapai puncak kejayaan dengan daerah kekuasaan selain pulau Bali, yaitu Semenanjung Malaya selatan, Kalimantan, Sumatra dan daerah lainnya. 

Pada zaman itu, dilahirkan mahakarya kesusastraan Hindu Jawa dan artistik yang sampai sekarang dijadikan dasar seni Bali. Seperti yang kita semua ketahui, Bali dikenal sebagai tujuan destinasi wisata dunia mulai dari alam, budaya, dan tradisinya. Sangat banyak pengaruh-pengaruh asing yang masuk ke pulau ini, namun demikian dengan dibentengi iman dan kepercayaan ajaran-ajaran Hindu, masyarakat Hindu Bali mampu memfilter budaya-budaya asing tersebut dengan baik.

Kita kembali ke dasar falsafah/hakekat dr ajaran Hindu Bali adalah Tri Hita Karana, yg berasal dari kata tiga penyebab terciptanya kebahagiaan manusia. Terciptanya kebahagiaan manusia ini adalah adanya hubungan yg selaras antara Manusia dengan Tuhan, Manusia dengan Alam, serta sesama Manusia. Bagi pohon yg besar seperti beringin termasuk dalam kriteria hubungan Manusia dengan Alam, dimana fungsi pohon adalah sebagai penyaring udara dengan menghasilkan oksigen, sebagai penyedia makanan bagi hewan herbivora, menjaga kesuburan tanah, serta menahan laju air dan erosi, dan menjadikan lingkungan lebih nyaman.

Sedangkan kain Hitam-Putih (poleng) dalam BudayaBali merupakan simbol/expresi dari penghayatan Rwa Bhineda suatu konsep keseimbangan baik dan buruk. Jika kembali ke pertanyaan kenapa pohon besar diselimuti kain hitam putih & diberi sesajen, maka kita dapat mengambil kesimpulan bahwa hal tersebut adalah bentuk penghormatan Manusia kepada Alam sekitar dengan memperhatikan dampak baik buruknya perlakuan manusia terhadap alam dengan symbol pepohonan tersebut.

Pohon dan batu besar dibaluti dengan kain serta diberi sesajen, secara kepercayaan, umat Hindu Bali meyakini tempat tersebut merupakan tempat tinggal makhluk yang tidak bisa dilihat dengan kasat mata. Di sisi lain, hal tersebut adalah cara umat Hindu Bali memuliakan alam dan menjaga alam karena alam sudah memberikan manusia air, udara, dan makanan. Alam adalah sumber kehidupan semua mahluk di Bumi. 

Kita wajib menjaga dan melestarikannya. Dengan tradisi membalut pohon besar dan batu besar dengan kain, bahkan memberikannya sesajen, manusia tidak akan bebas menebang pohon sembarangan dan merusak alam. Dengan tradisi ini diharapkan alam bisa tetap terjaga.

Apabila Alam dihancurkan dengan penebangan liar, akan mengakibatkan banjir, polusi, dan kepunahan berbagai habitat didalamnya, dan akan berdampak juga terhadap manusia itu sendiri, sehingga keseimbangan ini harus dijaga dengan bentuk penghormatan, serta diberikan symbol kain hitam putih pada pohon, dan juga pada benda benda tertentu.

Demikianlah konsep dari tri hita karana yg sll di agung agungkan masyarakat Bali dalam menghadapi perkembangan globalisasi. Mungkin saja dahulu masyarakat Bali menggampangkan jawaban dengan mengatakan ada penunggunya, dan tenget (angker) dengan tujuan agar manusia tidak merusak/menebang pohon, sehingga kelestarian alam dapat terjaga.

Jadi sebenarnya yang kita sembah itu bukanlah pohon besar atau batu besar itu melainkan Tuhan yang tidak kelihatan dan tidak berwujud dan ada dimana mana baik didalam ciptaanNya maupun diluar ciptaanNya sesuai ajaran Nirguna Brahman (wyapi wyapaka nirwikara).

Itulah sebabnya mengapa kita menutup mata waktu sembahyang, karena kita mau menyembah yang tidak kelihatan. Kalau kita sembahyang dengan mata terbuka maka perwujudan yang yang ada dihadapan kita itulah yang kita sembah, sedangkan perwujudan itu bukanlah Tuhan. Ajaran ini merupakan ajaran Hindu tentang bagaimana memahami Tuhan sebagai Nirguna Brahman (Tuhan yang tidak berwujud) dan Saguna Brahman (Tuhan yang berwujud).

Jadi bagaimana semeton ? Bermanfaat tidak informasi dari blog kami ? Jika bermanfaat jangan lupa untuk meninggalkan komentarnya ya terima kasih.

Via : pesonataksubali.blogspot.com/Mybalitrips.com/misteripohonbali.blogspot.com

Foto by : Mybalitrips.com

#pesona_taksubali


Comments

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?