Pernikahan Raja Dan Putri Kang Cing Wie




Pinggan adalah desa yang berada di kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, provinsi Bali, Indonesia. Desa Pinggan memiliki jumlah penduduk sekitar 430 KK. Di desa ini terdapat pura jagat yaitu Pura Dalem Balingkang. Dari desa ini, pemandangan Gunung Batur dapat dilihat.

Sejarah desa pinggan berawal dari salah satu Patih yang menentang pernikahan Raja dan Puteri Kang Cing Wie, langsung mengundurkan diri dan bertapa disuatu tempat dan memohon kepada para Betara untuk menghukum Rajanya yang telah menikah dengan puteri saudagar dari China yang beragama Budha..

            Mungkin kebetulan sudah saatnya , maka meletuslah Gunung Batur dan hujan badaipun turun selama sebulan dan 7 ( tujuh ) hari disekitar Kintamani. Terjadilah banjir lahar dan penyakit campar dan disentri dimana mana yang tentu saja bikin sengsara dan kematian rakyatnya. Para penasihat dan Patih yang menentang mengatakan bahwa para Betara Dewa pun menentang Perkawinan beda suku dan agama tsb dengan menunjukkan angkara murkanya. Raja segera memanggil para menterinya mengadakan rapat untuk mengatasi bencana ini.
            
            Di tengah tengah rapat datanglah Puteri Kang Cing Wie yang atas perkenan ajudan mendatangi Raja dan berbisik di telinga Raja supaya rakyat Kintamani yang tinggal disekitar Gunung Batur segera mengungsi ke desa yang dinamakan Ping An yang artinya Selamat dalam bahasa Tionghoa. Aneh bin ajaib ,itulah yang terjadi .Rakyat yang mengungsi ke desa Ping An, semuanya selamat dan karena lidah Bali sulit melafalkan kata Ping An, maka sampai sekarang desa itu masih ada dan bernama desa Pinggan ( 2016 ). 
            
Keputusan Raja yang mendapat bisikan Ratu Kang Cing Wie tentu saja membuat rakyat Bali semakin mencintai Ratu atau Permaisaurinya. Dan untuk mewujudkan cintanya pada Puteri Kang Cing Wie , raja mendirikan Pura yang diberi nama Pura Dalem Balingkang di desa Pinggan dengan ornamen warna Merah dan Kuning yang dominan seperti warna Kelenteng atau Wihara dari China. Sekarang pura tsb. disebut Linggih Ratu Mas Ayu Subandar tempat sembahyang masyarakat Chinese Bali memohon berkah dari Ratu atau Permaisuri Kang Cing Wie ( 2016).

Masyarakat Bali Mula memiliki sejumlah pura Kahyangan diantaranya Pura Pucka Panarajon atau Puncak Penulisan di Sukawana Kintamani, Pura Bale Agung Sukawana, Pura Pusering Jagat di desa Les Penuktukan Buleleng dan Pura Dalem Balingkang yang distanakan adalah Ida Dalem Kepogan (Dalem Balingkang) setara dengan Dewa Siwa. Masyarakat Bali Mula atau Bali Aga menyebut dirinya sebagai Gebog Domas kemudian dibagi menjadi Gebog Satak.

Sejumlah versi yang berkembang di masyarakat, dan mungkin saja ada versi lainnya, namun demikian yang bisa kita garis bawahi sudah terjadi akulturasi budaya Hindu dengan Budha dari jaman nenek moyang Bali Kuno, termasuk juga warisan budaya, sekiranya berhubungan dengan asal-usul atau sejarah keberadaan Dalem Balingkang, seperti sejumlah pura di Bali terdapat juga pemujaan untuk etnis Cina seperti bentuk pagoda atapun kongco, penggunaan uang kepeng dari Cina (pis bolong) untuk perlengkapan upacara yadnya umat Hindu dan Lingga berupa barong landung pada sejumlah pura.

Tetap jaga dan lestarikan budaya dan tradisi kita ya semeton, karena kalau bukan kita siapa lagi ?

Via : pinggan.desa.id/balitoursclub
Foto by : pinggan.desa.id

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makna Asu Bang Bungkem Dalam Sejarah Upacara Caru Hindu Di Bali

Kewajiban Orang Tua Pada Anaknya Menurut Kepercayaan Agama Hindu Di Bali

Makna Mimpi Atau Primbon (Baik Dan Buruk) Menurut Agama Hindu

Bagaimanakah Ciri - Ciri Sebenarnya Dari Zaman Kali Yuga Menurut Kitab Suci Hindu ?

Pantangan Dan Persembahan Yang Wajib Diketahui Dibalik Keramatnya Kajeng Kliwon

Proses Watangan Mapendem/Mengubur Mayat Yang Bangkit Kembali Dalam Calonarang

Apakah Lahir "Melik" Sebuah Anugrah Yang Beresiko Kematian ? Simak Selengkapnya

Beginilah Cara Mengintip Leak Yang Sedang Rapat/Meeting Di Malam Hari

Urutan Persembahyangan Yang Benar Dalam Agama Hindu Beserta Doa/Mantranya

Benarkah Menginjak Canang/Sesajen Di Bali Bisa Celaka atau Mendapat Kesialan ?